bagian 4

51 6 45
                                    

Selamat membaca☺❤
.
.
.
Maap author jarang up:3 sibuk push rank awokwok:3. Gomennasai:)❤

"Vin."

"Hm?"

"Mintak nomor WA dong."

Beberapa saat kemudian Alvin memberikan ponsel nya ke Khansa.

"Buat apa?"

"Catat sendiri."

Dengan wajah berbinar Khansa membuka ponsel Alvin dan langsung menyalin nomor Alvin kedalam ponsel nya.

"Thanks."

Hujan masih saja turun dengan deras. Khansa berpikir kembali.

"Kenapa hujannya baru sekarang bukan hari Senin, padahal gua doa nya hari Senin terkabulnya baru sekarang."

"Eh vin lu..."

Khansa terkejut dan membulatkan matanya melihat wajah Alvin begitu pucat.

"Vin lo kenapa, Vin!! Badan lo dingin banget Vin lo sakit?! Vin!!"

"Gua gak apa apa." ucap Alvin dengan nada lemas dan bergetar.

"Vin gausah bohong wajah lo pucat banget lo kenapa?"

"Jangan bilang lo ga kuat dingin?"

Hal itu memang benar Alvin tidak tahan dengan udara dingin.

Dengan wajah pucatnya itu, Alvin menoleh ke arah Khansa yang sibuk mencari sesuatu di tasnya.

"Nih pake jaket gua, sengaja ga gua pake kegedean mungkin cukup buat lo."

"Gausah buat lo aja."

"GA USAH GENGSI CEPET PAKE GUA TAKUT KALO LO SAKIT, NANTI GUA GABISA LIAT LO DISEKOLAH NTAR GUA KANGEN."

Setelah mendengar ocehan tidak penting Khansa, Alvin mengambil jaket tersebut dan memakainya.

"Nah gitu dong." ucap Khansa tersenyum kepada Alvin.

"Lo gimana?"

"Hah? Gua? Gak apa apa, gua kalo tidur nyalain kipas angin sampe pagi."

Alvin terkejut. Cewek yang ada disampingnya ini terbuat dari apa.

Di halte tersebut, Alvin dan Khansa berbincang dan bercanda, ralat mungkin Khansa saja yang sedari tadi mengoceh dan Alvin hanya menjawab.

Tapi untuk pertama kali nya bagi Khansa melihat Alvin tertawa walau sedikit, itu membuat Khansa ingin membawa dia pulang untuk hadiah ibu dan ayahnya sebagai menantu.

"Lu mikir apa sih sa, masih sekolah dah mikir kawin." ucap Khansa dalam hati.

Beberapa saat kemudian, hujan mulai mereda.

"Vin lo udah gak apa apa kan? Kalo belum gua antar pulang lo, nanti gua bisa pulang sendiri."

"Seharusnya gua yg nganterin lo pulang bukan lo yg nganterin gua pulang."

"Eh manis banget deh jadi tambah sayang"

Alvin hanya bisa menghembuskan nafasnya. Dia lelah mempunyai teman absurd seperti ini.

Kemudian Alvin dan Khansa melanjutkan perjalanan menuju rumah Khansa.

Saat dijalan, Khansa memikirkan ucapan Nana.

"Lo sih bikin dia ga nyaman sa."

"Vin"

"Apa?"

"maafin gua ya gajelas banget jadi cewek, maaf buat lo risih. Yah mau gimana lagi sifat gua dah kek gini males buat ngerubah sifat gua ini."

Alvin menatap Khansa sebentar yang sibuk mengoceh. Hal tersebut tidak diketahui Khansa. Jika Khansa mengetahui Alvin menatap Khansa dia akan menghalu tidak jelas.

S A Y O N A R A.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang