"(Name)-san, sudah kubilang berapa kali kau harus berhenti meminum bir." Akaashi kali ini benar-benar menyerah akan tindakan (name) yang setiap hari menguji kesabarannya. Ia merasa tidak sanggup lagi mencari cara bagaimana harus meminta (name) untuk tidak mengulangi kebiasaan buruknya.
Di hadapannya jelas terpampang figur (name) yang tergeletak mabuk di lantai kamarnya. Kaleng-kaleng bekas bir berserakan menyatu dengan penataan kamar yang memang sudah tak beraturan itu. Beberapa terlihat masih berisi dan ada juga yang tumpah, namun (name) tidak memedulikannya sedikit pun. Gadis itu hanya memandang Akaashi dalam keadaan setengah sadar sembari menggenggam gelas berisi bir di tangannya.
"Aaahh, Kei-kun. Ka-kau mau minum be-bersamaku?" (Name) melambai-lambaikan gelas tersebut dengan pegangan yang lemah. Akaashi menghela napas panjang kemudian lantas merebut gelas itu dan diletakkannya jauh dari jangkauan (name).
"Eehhh, apa yang kau lakukan, Kei-kun?" (name) setengah berteriak protes seraya menggembungkan kedua pipinya. "Kembalikan!" Gadis itu pun mulai memberontak seperti yang dilakukan anak kecil.
"Lihat, (name)-san. Hidupmu mau gimana kalau terus-terusan begini?" Akaashi memandang (name) dengan prihatin. Ia ingin sekali menggelengkan kepalanya melihat (name) yang seperti ini, tetapi ada hal penting yang harus dikerjakannya sekarang.
Tak berlama-lama, Akaashi melempar (name) ke kamar mandi, menyuruh gadis itu untuk membersihkan tubuhnya yang penuh dengan aroma bir menyesakkan serta untuk menenangkan diri dari kondisi mabuknya. Sementara itu, Akaashi dengan lihainya membersihkan kamar (name) yang seperti kapal pecah. Penat membentuk dalam diri Akaashi, namun keberhasilan yang dicapainya ketika mendapati kamar itu bersih dari setitik debu pun, membuatnya merasa segar kembali.
Tepat saat Akaashi telah sukses mengubah kamar yang ditempatinya menjadi lebih baik, (name) keluar dari kamar mandi hanya dengan tubuh yang dibalut handuk. Lilitan handuk yang melingkari tubuh gadis itu seakan bisa lepas dengan sedikit sentuhan. Tetes-tetes air pun berjatuhan dan membasahi lantai yang sudah dibersihkan seiring gadis itu berjalan pelan menuju Akaashi.
"Ah, Kei-kun. Kepalaku jadi lebih ringan habis mandi. Kayaknya aku sudah nggak mabuk lagi deh," ucap (name) seraya meregangkan tubuhnya. Kedua tangannya direntangkan ke atas, menyebabkan handuk yang dipakainya ikut terangkat serta ikatannya menjadi semakin longgar.
"(Name)-san..." Lelaki itu memegang dahinya yang berkerut. Buru-buru Akaashi membenarkan handuk (name), memberi gadis itu pakaian, lalu kembali mengusirnya ke kamar mandi. Sedetik saja terlambat, mungkin saja kini Akaashi sudah memarahinya berlebihan karena masih bersikap seperti anak kecil yang berlarian di dalam rumah tanpa sehelai pakaian pun.
"Ke-i-ji. Apa kau sebegitu bencinya melihatku telanjang?" (name) bertanya dengan mata yang memancarkan perasaan kecewa. Gadis itu lantas melemparkan dirinya pada Akaashi setelah selesai berpakaian. Dipeluknya tubuh lelaki itu dengan erat sambil terkekeh pelan menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
barbaric girlfriend. (a. keiji)
Fanfictionia merokok. ia meminum alkohol. ia pernah memakai narkoba. namun semua tindakannya hanyalah sebatas hiburan remaja. dan disitulah akaashi mengintervensi kehidupannya. (akaashi keiji x reader) (haikyuu ➡️ furudate haruichi) (all pics & fanart belongs...