Saat itu liburan musim panas, Genya, 8 tahun, tengah menunggu kakaknya membeli minuman, hingga seseorang menariknya ke dalam mobil dan membawanya ke sebuah gudang yang ia tidak tau dimana.
Genya takut. Tapi keinginan untuk pulang segera menenggelamkan rasa takutnya.
Saat kedua penculik itu keluar dari gudang, Genya segera menyusun barang yang ada di gudang itu, untuk dapat memanjat ventilasi di atas jendela.
Beruntung tubuh kecil Genya cukup melewati ventilasi itu. Setelah meloncat turun, Genya berlari menuju arah pepohonan, namun salah satu penculiknya menangkap lengan Genya dan mengancamnya untuk kembali ke dalam gudang dengan pisau.
Genya tidak peduli. Dengan menggigit tangan dan menendang selakangan sang penculik, ia berhasil kabur walaupun pisau yang di genggam penculik itu menggores hidung hingga pipi kanannya.
Penculik itu berteriak memanggil rekannya.
Genya segera berlari.
Lari. Lari. Lari. Cepat. Cepat. Cepat.
Ia tau cepat atau lambat saat kedua penculik menemukannya, ia akan mati.
Teriakan dan suara tembakan yang terdengar dari arah belakang membuat Genya semakin mempercepat larinya.
Entah berapa lama ia berlari. Nafasnya memburu, dari sela jari tangan kanan yang menutupi luka di mukanya, darah terus bercucuran.
Semakin lama nafasnya makin tersengal. Kakinya semakin lemas, dan matanya semakin berkunang
...Senjata. Ia butuh senjata.
Tangan kirinya meraba pinggang dan punggungnya, mencari pistol dan pedang yang seharusnya ada di sana.
Semakin lama semakin terdengar derap langkah kaki seseorang di belakangnya, Genya semakin panik, memaksakan kakinya untuk terus berlari hingga ia terjatuh karna akar pohon.
Seorang berambut putih dengan banyak bekas luka di muka terbayang di matanya.
Genya mengenalnya.
...Sanemi...
Kepala yang terasa semakin pusing membuatnya pasrah pada kegelapan yang menjemput.
0o0o0
Saat dirinya terbangun, Genya berada di ranjang rumah sakit dengan perban melilit wajahnya.
Kemarin atau kemarin lusa... Entahlah, ia tidak tau berapa lama ia berada di rumah sakit ini.
Genya ingat ia diculik, namun ia berhasil lolos dengan luka sayatan di pipi kanannya, melintas dari hidung hingga hampir ke telinga.
Ia menyentuh perbannya. Terasa sedikit sakit. Bekas luka ini mungkin akan mirip dengan luka yang dulu dimilikinya.
Bedanya, luka yang dulu karna sayatan kuku ibunya yang menjadi iblis, dan yang sekarang karna pisau penculik.
Genya mengingat kehidupan masa lalunya sebagai pembasmi iblis.
Pintu kamar yang ditinggali Genya terbuka, menampilkan sang kakak dan kekasih kakaknya, Kanae-san, yang kaget melihatnya telah siuman.
Mereka berdua di ambang pintu saling menatap sepersekian detik, lalu Kanae-san mengangguk, segera berlari menuju ruang dokter sedangkan sang kakak mendekati Genya dengan langkah cepat.
Tangan kanan Genya digenggam erat, namun penuh kelembutan sedangkan tangan kakaknya yang satunya mengelus rambutnya. Air mata sang kakak menetes.
Kakaknya mengatakan kalau orang tua mereka tidak bisa menjenguk Genya, karna ada urusan di kota mereka tinggal dan ayah mereka terpaksa menyerahkan kasus penculikan ini pada temannya yang seorang polisi.
Para pelaku penculikan itu telah diputuskan dipenjara. Kakaknya tidak mengatakan berapa lama orang yang berusaha menculiknya itu dihukum. Namun melihat tatapan yakin dan penuh kebencian di mata sang kakak, Genya tersenyum pasrah, entah kenapa ia sedikit kasihan dengan nasib para panjahat itu.
Saat Genya bertanya urusan apa yang ditangani ayah dan ibu mereka hingga mereka tidak menjenguknya, raut wajah kakaknya menjadi murung.
Sebelum kakaknya menjawab, pintu terbuka dan menampilkan Kanae-san dan seorang dokter. Sang dokter memeriksa dan menanyakan apa yang sekarang Genya rasakan dan beberapa pertanyaan lain. Genya menjawab seadanya.
Kata dokter mungkin besok ia boleh pulang.
Kakak dan kekasihnya tersenyum lega.
Genya senang sebentar lagi ia akan meninggalkan ruang penuh obat ini.
Rasa senang membuatnya lupa akan pertanyaan yang belum sempat dijawab kakaknya.
Sebelum pasangan itu pulang, kakaknya mengelus kepalanya lembut, membuat Genya memejamkan matanya.
Pintu tertutup dan hening menguasai ruangan
Genya berusaha mengingat potongan masa lalunya.
Ingatannya hanya sampai dimana ia dibelah dua setelah menembak Kokushibo. Genya pikir mungkin saat itu ia langsung mati.
Jadi...
Dia gagal menyelamatkan Muichirou.
Genya tertawa pahit. Dasar tidak berguna.
Pantas saja Sanemi sangat membenci dan menolak eksistensi Genya sebagai adiknya.
Menyalahkan Sanemi atas kematian ibunya, tidak bisa memakai teknik pernafasan, bahkan setelah memakan iblis saja ia tetap tidak bisa menyelamatkan temannya.
Ia mempermalukan nama sang pilar angin hanya dengan berada di kelompok pembasmi iblis.
Genya menggigit pelan bibir bawahnya. Genya tau mungkin yang saat ini ia ingat hanya sebagian memorinya,
Namun ia tak bisa menampik jika semua memori itu terfokus dengan Sanemi yang membencinya.
Sanemi yang tidak mengakuinya sebagai adik.
Sanemi yang menolak keberadaan Genya.
Mata Genya memanas seiring ia mengingatnya.
Menggelengkan kepalanya pelan, Genya sadar, kini, ia ada di situasi berbeda.
Kini, ia bukan lagi pembasmi iblis tidak berguna.
Kini, ia tidak akan mempermalukan Sanemi lagi.
Karna di masa ini, dia bukanlah seorang Shinazugawa Genya, adik bodoh, tidak berguna dan menyusahkan Shinazugawa Sanemi.
Melainkan Himejima Genya, adik semata wayang Himejima Gyomei,
Genya tersenyum, menghela nafas lega, dan berterimakasih pada Kami dalam hati.
Genya berjanji, jika di masa kini dia bertemu Sanemi, apapun yang terjadi,
Genya tidak akan mengacaukan hidup Sanemi untuk kedua kalinya.
Genya akan menjauh, sejauh mungkin hingga Genya tidak akan berada dalam lingkup kehidupan Sanemi
Genya akan bebas, dan Sanemi akan bahagia.
Genya tersenyum dan mengangguk penuh semangat.
Ini rencana untuk kebahagiaan Sanemi yang simpel dan sempurna.
Membayangkan rencananya berhasil membuat Himejima Genya tersenyum dalam tidurnya.
A/N: END OR TBC? :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me
Short StorySaneGen Shinazugawa Sanemi x Shinazugawa Genya //Genya berjanji, jika di masa kini dia bertemu Sanemi, apapun yang terjadi, Genya tidak akan mengacaukan hidup Sanemi untuk kedua kalinya.//