Let Me III

328 22 14
                                    

Kebahagiaan tak akan berlangsung lama.

Sanemi menyadari bahwa kalimat itu benar adanya.

Seminggu setelah sadar dari koma, yang Sanemi lihat pertama kali adalah kedua orang tua Gyomei.

Mereka menangis dan memeluk Sanemi erat. Menjelaskan dengan sabar bagaimana keadaan dirinya sekarang

Kecelakaan.

Luka yang Sanemi dapat membuat hampir seluruh tubuhnya diperban, yang paling parah adalah area dada dan muka.

Saat Sanemi bertanya dimana orang tua dan adik adiknya dirawat, suami istri Himejima saling memandang satu sama lain sebelum menjelaskan pada Sanemi bahwa kecelakaan yang dialami keluarga Shinazugawa itu merenggut nyawa seluruh anggota keluarganya, kecuali dirinya.

Dunianya seakan runtuh.

Sanemi tidak ingat apa yang terjadi setelah itu.

0o0o0

Sejak kecelakaan itu, Sanemi lebih banyak terdiam

Menjawab seadanya saat ditanya.

Selebihnya ia hanya merenung menatap langit luar jendela.

Setiap hari, saat dokter selesai memeriksa kondisinya, Sanemi selalu bertanya kapan ia boleh melihat makam keluarganya, namun dokter mengatakan kondisi Sanemi masih belum stabil.

Sanemi tidak mengerti.

Apanya yang harus stabil?

Keadaan fisiknya kah?

Sanemi merasa luka di muka dan di dadanya bukan masalah besar. Ia bahkan bisa keluar dari rumah sakit sekarang juga kalau saja ia tidak melihat tatapan khawatir orang tua Gyomei terhadapnya.

Atau mentalnya?

...mungkin mentalnya.

Karna saat kondisi Sanemi sudah dinyatakan stabil dan di perbolehkan melihat makam keluarganya,

Sanemi menatap nisan keluarga Shinazugawa, air matanya mengalir, namun hatinya tidak merasakan apapun.

Sanemi merasa kosong.

0o0o0

Saat Sanemi dinyatakan boleh pulang, suami istri Himejima menawarkan apakah Sanemi mau tinggal bersama keluarga mereka. Setidaknya sampai Sanemi merasa cukup mandiri untuk tinggal sendiri.

Sanemi mengangguk setuju.

Memang apalagi pilihan yang tersisa?

Sudah untung ada yang menerimanya.

Ia menunduk berterima kasih pada mereka. Ia akan segera membalas kebaikan mereka setelah Sanemi cukup umur untuk mengambil alih perusahaan ayahnya.

Kekosongan di mata Sanemi membuat Ginko Himejima menangis dan memeluk Sanemi erat, sedangkan suaminya Goro hanya menepuk pundak Sanemi pelan, sembari mengatakan pada Sanemi bahwa itu tidak perlu, karna Sanemi sudah mereka anggap sebagai anak mereka sendiri.

Sanemi hanya terdiam, dan mereka berdua memakluminya.

Untuk mengalihkan suasana canggung di sekitar mereka, Goro mengatakan dengan semangat kalau Sanemi tidak akan kesepian karna di rumah mereka selain ada Gyomei, teman dekat Sanemi, ada juga adik lelaki Gyomei yang periang dan manis.

...adik?

Tidak seperti biasanya, Sanemi tidak mengalihkan tatapannya ke jendela. Ia mengangguk mendengarkan ayah temannya menjelaskan betapa menggemaskannya anak bungsunya.

Ia bahkan baru tau kalau Gyomei memiliki adik.

Ginko tersenyum senang melihat Sanemi tertarik dengan topik ini, Ginko mengatakan jika setiap libur musim panas, anak bungsunya selalu menghabiskan liburnya ketempat kakeknya jadi wajar jika Sanemi tidak tau keberadaan anak bungsu mereka.

Sanemi tanpa sadar tersenyum samar.

Pantas saja ia tidak pernah melihatnya.

Sebelum Sanemi bertanya siapa nama anak bungsu mereka, Goro sudah mengeluarkan HP dan menunjukkan foto Gyomei dan Kanae memeluk anak lelaki yang tersenyum lebar di tengah mereka.

Mata Sanemi melebar.

Kekosongan di hatinya seolah telah terisi dengan kehangatan saat melihatnya.

"Namanya Genya. Manis kan?"

Sanemi merasa ia melihat cahaya baru di hidupnya.


A/N: END or TBC? :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Let MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang