°•° Pada dasarnya orang lain tak ingin semua memori tersimpan di ingatannya. Karena itulah tidak semua pertemuan bisa dikenang. °•°***
Pagi ini Gita merasa lebih segar. Satu minggu lamanya dia berlarut dalam kesedihan dan hari ini dia bertekad untuk membuang titik hitam dalam hidupnya. Dia ingin menjalankan hari-harinya seperti biasa. Tidak ada penyesalan yang terus bersarang dibenaknya. Tidak ada kesedihan yang berlarut dalam hidupnya. Sekarang dia akan membebaskan hidupnya dari tekanan-tekanan berat yang akan membahayakan dirinya dan juga sang calon bayi.
"Bu, ini apel nya sisa satu?" Tanya Gita pada Popi yang tengah menata makanan di meja makan.
"Iya. Ibu lupa belum belanja. Kalau kamu mau, makan aja."
Dengan semangat Gita mengiyakan. "Aku makan ya, makasih." Sahut nya antusias. Entah kenapa, saat melihat buah apel yang teronggok satu biji di atas meja makan, rasa ingin memakan buah itu harus terealisasikan.
Namun baru memakan satu gigit, rasa mual mulai mendera. Dengan cepat, Gita menyimpan apel itu dengan asal dan berlari menuju toilet yang ada di dapur.
Popi yang melihatnya langsung terheran. Ia lantas menyusul Gita ke toilet. Saat sampai disana, terlihat Gita baru saja keluar dan keadaannya jauh dari kata baik. Wajahnya menjadi pucat, dan satu tangannya di gunakan untuk mengelus perut ratanya.
"Kamu ini kenapa, Git?" Cemas Popi lantas menghampiri sang anak. Dengan inisiatif, dia memberikan Gita selembar tissue untuk membersihkan air di sekitar mulutnya.
Gita menerima tissue itu, lalu menggelengkan kepalanya lemah. "Gapapa bu. Kemarin aku lupa makan malam. Mungkin masuk angin." Bohongnya yang kesekian kali.
"Kamu pasti sibuk ngurusin toko kamu itu." Popi menghela nafasnya pasrah. Dia sudah sering mengingatkan Gita untuk menjaga pola makan nya. Tapi tetap saja, sang anak selalu nakal.
"Sesibuk apapun pekerjaan kamu, tetap barus jaga kesehatanmu git. Ibu enggak mau loh liat kamu sakit." Hati Gita tersentuh dengan penuturan kata sang ibu. Ibunya menghawatirkannya. Gita senang fakta itu. Memang Popi ini sosok ibu penyayang kepada anaknya. Gita merasa berdosa karena telah berbohong banyak padanya.
"Iya bu" jawab Gita.
Gita berdoa, semoga ketenangan ini memiliki waktu yang panjang. Walaupun pastinya tak akan abadi, setidaknya panjangkan kelegaan hati nya dan biarkan waktu memberikan senyuman nya untuk ditebar.
****
Gita baru saja menyelesaikan rutinitas mandinya. Dirinya hendak memakai baju, namun saat melihat cermin dia berjalan menghampiri cermin itu.Dia menyibakkan tanktopnya sebatas dada dan melihat ukuran perutnya. Senyumnya muncul ketika melihat perutnya sedikit menonjol.
Diusapnya pelan perut itu lalu berujar "Tumbuhlah dengan sehat, nak" haru sekali saat memanggil calon bayi nya dengan sebutan 'nak'. Ada rasa bahagia tersendiri. Euphoria nya sangat terasa. Sesederhana inikah kesenangannya.
Gita sadar bahwa sekarang ada kehidupan baru dalam dirinya. Dia senang mengetahui bahwa bayi yang sedang dikandungnya tengah tumbuh dengan baik. Gita yakin, bayi nya ini kelak akan menjadi alasan dirinya masih berpijak pada bumi. Menjadi alasan dari buah perjuangannya. Menjadi alasan dirinya masih kuat untuk menopang badannya. Menjadi alasan untuk jadi sosok yang kuat dan tidak mudah menyerah.
Seperti yang sudah Gita tekadkan bahwa sekarang dirinya tidak akan larut dalam kesedihan. Kesenangan ada dekat dengannya. Maka ia akan raih kebahagiaan yang masih melambai di depan sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
A MISTAKE
Teen FictionKesalahan. Semua insan merespon negatif untuk kata itu. Mau tak mau, semua pasti berubah. Ingin tak ingin, semua pasti berpisah. Siap tak siap, semua pasti berakhir. Hukum alam selalu mengajarkan bagaimana sulitnya menerima takdir atau pun nasib yan...