Prolog

4 1 0
                                    

Malam itu langit dihiasi rintik-rintik hujan dengan suara kilat yang seolah saling bersautan.

Jika kebanyakan anak gadis merasa takut dan gemetar ketika mendengar suara gemuruh yang berasal dari langit, tapi tidak  dengan gadis yang baru saja menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya.

Ia merasa rileks begitu mendengar suara hujan yang jatuh ke bumi disertai gemuruh yang sesekali bersautan, seolah itu menjadi musik yang paling menenangkan untuk penghantar tidurnya di malam ini.

Marsha Wood menutup kedua mata nya dengan rapat mencoba untuk tidur, namun potongan-potongan kejadian dalam benak nya memaksa untuk terus terjaga.

Marsha menghela napas, menjadi seorang gadis yang baru menginjak remaja ternyata tidak semudah yang ia bayangkan.

Seharusnya ia lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman nya daripada hanya berdiam diri di kamar sambil memikirkan hari nya yang semakin lama semakin terasa buruk.

Seharusnya sekumpulan gadis yang selalu menatap Marsha dengan pandangan sinis itu menjadi teman nya, mungkin mereka bisa membela Marsha saat Tawney dan gang nya mencoba melakukan aksi bully terhadap Marsha.

Seharusnya sekumpulan murid pandai itu menjadi teman nya, mungkin mereka bisa memikirkan ide-ide cemerlang agar Tawney dan gang nya tidak lagi menganggu Marsha.

Namun semua hal itu hanya bisa menjadi pemikiran Marsha, lagipula kata seharusnya bukan sesuatu hal yang mutlak.

Jangankan meminta mereka menjadi teman Marsha, mereka saja tidak pernah sudi jika harus duduk bersampingan dengan Marsha saat mereka mendapatkan kelas yang sama.

Tawney dan gang nya yang selalu di puji seluruh murid sekolah sudah benar-benar membawa berita buruk untuk reputasi Marsha di sekolah.

Dan sekolah, seharusnya itu adalah tempat dimana setiap murid merasa nyaman dan aman namun untuk menginjakan kaki disana lagi pun rasanya Marsha tak berani.

Terlebih tanpa Leo disisinya.

Marsha berani bersumpah demi apapun, ia benar-benar benci keputusan bodoh kakak kembarnya itu yang lebih memilih untuk pindah dan tinggal bersama nenek mereka yang ada di Chicago.

Hanya Leo satu-satu nya teman yang Marsha punya, namun akhirnya ia pergi meninggalkan Marsha juga. Walaupun Leo sudah berjanji akan selalu mengirimkan pesan di setiap harinya namun tentu saja itu tidak akan sama dengan Leo yang berada disisi nya.

Saat kepergian Leo satu minggu yang lalu ingin rasanya ia melarang, ingin rasanya Marsha menumpahkan pemikiran buruk yang selalu berputar di benaknya jika tidak ada Leo di sisinya.

Dan sekali lagi semua hal itu hanya bisa menjadi pemikiran Marsha, karena saat kepergian Leo ke Chicago pun Marsha hanya diam membisu.

Walau dengan raut wajah yang menunjukkan kekecewaan yang mendalam, gadis itu tidak mengatakan sepatah katapun.

"Bagaimana jika kita pindah dari rumah ini? Mama rasa, kamu membutuhkan suasana baru" suara tawaran ibu nya beberapa saat lalu berdengung di telinga Marsha.

Marsha tidak ingin pindah sejujurnya, ia sudah nyaman dengan rumah ini. Namun mengingat tawaran ibu nya serta bayangan akan kehidupan yang lebih baik membuat hati Marsha sedikit goyah.

"Everything is gonna be okay" gumam Marsha pada diri nya sendiri, ia hanya berusaha memantapkan diri. Ia tidak perlu pindah dari rumahnya, ia tidak membutuhkan suasana baru.

"No is not!" sahut suara dari dalam benaknya.

HI THIS IS *ACTUALLY MY SECOND BOOK, (TAPI CERITA YANG PERTAMA UDAH AKU HAPUS 😭)

IDK WHY I HAVE NO REASON FOR DELETE THAT BOOK TBH. I JUST WANT TO

BUT I REALLY HOPE YOU GUYS LIKE THIS ONE.

AKU BUATNYA UDAH DARI TAHUN 2019 TAPI BARU PUNYA KEBERANIAN PUBLISH PAS TAHUN 2020 I KNOW I'M SUCH AN LOSER

BUT WHO CARE BEING LOSER IS GREAT!

DON'T FORGET TO COMMENT AND VOTE GUYS

AND IF YOU WANT ME TO READ YOUR BOOK JUST ASK ME OK ;)

ALL THE LOVE XX

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Who Are YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang