-----------------
Cukup Diam 😊Secara naluriah, baik celaan, peringatan maupun kritik akan menimbulkan perasaan tidak enak dalam hati. Memunculkan keinginan untuk membalas, membantah, mengelak, mencari kambing hitam atau patah semangat. Reaksi-reaksi semacam ini manusiawi, tapi tidak semuanya layak dituruti.
Karenanya, dibutuhkan manajemen pengelolaan hati yang baik dalam menghadapi ketiga hal ini.
Sementara, hinaan dan celaan lahir dari rahim kebencian atau kesombongan.
Benci akan membuat orang suka mencaci dan menghina. Sedang kesombongan akan menjadikan seseorang merasa lebih, selalu menatap ke bawah hingga muncullah ungkapan-ungkapan bernada merendahkan.Bahan terbaik untuk melandasi hati menerima celaan dan hinaan adalah kesabaran.
Kesabaran akan menenangkan hati hingga apapun langkah yang dipilih akan lebih mengedepankan maslahat daripada pelampiasan emosi. Siapapun tahu, menahan emosi dari cercaan bukanlah hal enteng. Tapi jika menghendaki kemashlahatan, sabar itulah jalannya. Klasik memang, tapi sabar itulah satu-satunya formula yang direkomendasikan.Saat dihina, ada pilihan reaksi yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah diam. Diam akan lebih menyelamatkan hati, mengindikasikan kesabaran dan menutup kesempatan setan untuk memicu kemarahan. Dalam syair dikatakan;
إِذَا نَطَقَ السَّفِيْهُ فَلاَ تُجِبْهُ
فَخَيْرُ مِنْ اِجَابَتِهِ السُّكُوْتُ
Jika orang yang bodoh mencelamu, maka jangan kau jawab, karena sebaik-baik jawaban baginya adalah diam
Maka, tak perlu emosi, tak perlu mengeluarkan aji-aji.
sumber:
@majalah_arrisalah