Baiknya kita permasalahkan saja sekalian;
nyala api tinggal asap saat kita makin basah kehujanan,
umpatanmu masih gemericik ragu ---aku nyaris terbakar, enggan berteriak.Mengapa tidak berakhir saja?
Angin semakin kencang, hujan tajam, dan kita tersisa bentuk.
Sudah luntur semua; tinta, label, cetakan kemasan. Mimpi tak ada lagi untuk memerangkap warna.Aku ini usang dan sangat kelelahan.
Kau jangan membual soal harapan ---cuma karat, yang bersinar pada tubuh kaleng susu tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna-Warna yang Tinggal
PoetryKumpulan puisi. (Berusaha diisi dengan puisi baru. Kalaupun ada puisi lama, semata-mata katarsis atau merawat bagian-bagian yang masih bicara.)