Intro

457 30 0
                                    

Disclaimer : BTS © Big Hit Entertainment. Story © Rexa Anne

Dalam cerita ini Kim Seokjin dan Jeon Jeongguk adalah saudara kandung, marga yang dipakai Jeongguk mengikuti marga Seokjin, Kim Jeongguk. KookV/VKook. Selamat membaca.

.
.
.

Jeongguk menepuk-nepukkan kedua telapak tangannya, mengibaskan debu yang sempat lengket. Ia menyeka peluh yang mengalir dari keningnya dengan punggung tangan lalu berdiri. Dari arah pintu samping, Seokjin melambaikan tangan kepadanya. Jeongguk menarik kedua sisi bibir untuk membalas lambaian tangan itu.

Seokjin balas tersenyum dan menggerakkan jemarinya, memintanya untuk masuk ke dalam rumah. Jeongguk mengangguk sembari menggosokkan tangan pada celemek yang dipakainya. Ia membereskan sekop dan cangkul kecil yang digunakannya beserta ember dan sprayer. Jeongguk memandangi bibit-bibit bunga azalea dan sansevieria yang baru saja ditanamnya di halaman samping, di dalam pot-pot yang berderet menghiasi lajur-lajur rak di dekat pagar. Sebagiannya lagi langsung ditanam di halaman. Tersenyum sebentar untuk mengagumi hasil pekerjaannya sepagian tadi, Jeongguk beranjak menuju keran air di dekat kolam ikan koi dan membasuh tangan. Ia juga membersihkan peralatan kebun yang dipakainya dan menaruhnya kembali di gudang.

Hyeong masak apa?” tanyanya begitu memasuki wilayah territorial sang kakak, wangi sedap dari masakan yang tengah Seokjin masak menguar membuat hidung Jeongguk kembang-kempis.

Seokjin tersenyum. “Tempura, Kimchi-jiggae dan salad!” jawabnya riang seraya mengaduk kimchi-jiggae di dalam panci. Sebelah alis Jeongguk naik sekilas lalu ia mengangguk-angguk.

“Sana mandi dulu, kalau sudah duduk di meja makan.”

Jeongguk mengangguk dan berlalu menuju ke kamarnya setelah menculik sepotong tempura yang sedang ditiriskan di sebelah meja kompor.

“Yah! Jeongguk-ie!!!”

Jeongguk tergelak. Tak terlalu memedulikan hardikan sang kakak. Sadar betul sang kakak hanya bercanda, berpura-pura kesal padanya, dibalik itu tak pernah sedikit pun Seokjin berniat memarahinya hanya gegara sepotong tempura. Namun tetap saja tak mengurangi niat Jeongguk untuk menjahili sang kakak kesayangan.

Jeongguk meraih handuk dari gantungan dibalik pintu, bergegas menuju kamar mandi. Sempat terhenti di ruang tengah, sepasang mata besarnya tertumbuk pada jam dinding klasik di atas sana, jarum pendeknya bergeser lambat ke angka sebelas sementara jarum panjangnya mengiringi menuju ke angka dua belas. Sudah hampir tengah hari, pantas cacing di perutnya sudah tidak mau diajak kompromi setelah mencium wangi masakan Seokjin. Jeongguk mendengus sekilas sebelum masuk ke kamar mandi. Segera membersihkan diri secepat kilat.

Lima belas menit kemudian ia sudah kembali ke dapur dan duduk dengan manis sembari menunggu Seokjin mengangkat sup dan menghidangkannya di atas meja.

“Eit!” Seokjin menahan tangan Jeongguk yang sigap hendak menyendok kimchi-jiggae buatannya. “Ambilkan salad dulu.”

“Oh, oke.” Jeongguk segera beranjak, mengambil semangkuk besar salad yang tersedia di atas meja dapur, membawanya ke meja makan.

“Sudah boleh makan belum, hyeong?”

Seokjin terkekeh dan menjawil hidung Jeongguk. “Sudah, tampan!”

“Yeeiiii!!!”

Tanpa membuang waktu Jeongguk segera mengisi mangkuknya dengan nasi, menyendokkan kimchi-jiggae ke dalam mangkuknya dan meraup lima potong tempura sekaligus. Seokjin menangkup kedua tangannya di depan dada untuk mengucap syukur, Jeongguk mengikuti. “Selamat makan!” ujar keduanya bersamaan. Lalu dalam sekejap makanan yang terhidang di atas meja sudah berpindah ke dalam perut keduanya.

Dia Yang Disebut MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang