Ending

230 16 0
                                    

BTS © Big Hit Entertainment. Story © Rexa Anne.

Halo! Kita sudah hampir di penghujung cerita. Siap untuk melihat akhirnya? Selamat membaca!

.
.
.

Seokjin bangun ketika dirasakannya ada yang memeluk dirinya erat. Kelopak matanya yang masih lekat, enggan terbuka, berkedip-kedip malas. Helaian rambut hitam segera menyapanya begitu ia membuka mata. Seokjin mengerang sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan Jeongguk. Jeongguk bisa menjadi sangat lengket pada Seokjin, misalnya ketika ia merasa emosinya sedang tidak stabil seperti saat ini. Meskipun hal itu dilakukan Jeongguk tanpa sadar.

Setelah bersusah payah melepaskan diri dari dekapan mematikan sang adik, Seokjin tidak bisa kembali tidur meski inginnya terlelap hingga mentari meninggi. Ia memberikan bantal miliknya sebagai pengganti untuk korban pelukan beruang Jeongguk. Seokjin merenggangkan tubuhnya sebelum beranjak ke kamar mandi dan melakukan rutinitas paginya. Ia lalu menuju dapur dan menyiapkan sarapan.

Jimin terbangun berkat wangi tumisan bawang yang menguar dari dapur. Jimin tanpa sadar tersenyum, perutnya ikut bergemuruh dengan antusias. Ia merenggangkan tubuhnya lalu mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Bekas-bekas sampah tadi malam terabaikan begitu saja di sekeliling mereka. Jimin menggaruk tengkuknya dan bangkit berdiri. Ia menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan melakukan rutinitas pagi. Lalu segera membereskan ruang tengah dari sampah-sampah.

“Pagi, Jin-hyeong!” sapanya begitu masuk ke dapur, menuju ke bak sampah yang tersedia di sana untuk membuang sampah-sampah yang telah dikumpulkannya.

Seokjin mengangguk sambil tersenyum. “Pagi.” Jawabnya singkat. Tangannya yang cekatan tengah mengaduk bahan-bahan makanan yang tengah dimasaknya. Jimin mencuci tangan di wastafel dan mendekati Seokjin.

Hyeong masak apa?”

“Nasi goreng kimchi!”

“Wah, aku jadi lapar!”

“Kalau begitu boleh kuminta bantuan dulu Jimin-ah?”

“Apa Hyeong?”

“Tolong buka jendela dan matikan lampu depan?”

“Oh beres! Siap laksanakan, Hyeong!”

Jimin lalu melesat meninggalkan dapur untuk melaksanakan tugas. Seokjin kembali menyibukkan diri dengan masakannya. Setelah Jimin menyelesaikan tugasnya, ia membantu Seokjin di dapur. Keduanya bercanda sambil mengobrol ringan. Makanan yang sudah matang kemudian dipindahkan di piring-piring dan dihidangkan di meja makan. Seokjin menuangkan susu ke dalam gelas. Jimin membangunkan Jeongguk.

“Jeongguk? Ayo bangun!”

Jeongguk bergeming seperti orang mati. Tak terpengaruh pada guncangan yang Jimin lakukan pada tubuhnya. Jimin menggaruk kepalanya.

“Ayolah, Jeongguk … bangun dulu!”

“Gguk-ie!”

“Jeongguk!”

Jeongguk bangun setelah Jimin berteriak di telinganya bahwa ia akan menghabiskan nasi goreng kimchi buatan Seokjin. Ia bangun seperti orang yang terkejut. Tubuhnya tersentak, tapi matanya masih terpejam. Jimin menahan tawa mati-matian akibat penampilan Jeongguk yang lucu. Mata besarnya baru terbuka separuh, atensinya belum menemu fokus. Bibirnya bergumam entah apa. Rambutnya mencuat ke sana kemari. Cepat disambarnya ponselnya yang tergeletak di atas meja pendek dan segera mengabadikan penampilan Jeongguk di dalam galeri foto ponselnya. Bunyi klik yang khas sukses membuat Jeongguk bangun. Mata besarnya melotot.

Dia Yang Disebut MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang