Tak Mudah bagiku

73 1 0
                                    

Ketika diriku menyadari mencintai itu butuh keberanian. Tak pantas untuk perempuan seperti ku yang tidak punya banyak rasa percaya diri. Kupandang diriku di cermin besar di toilet tempat ku berkerja. Wajah yang tidak manis juga tidak cantik. Akupun tak mengerti harus bagaimana mendefinisikannya.

" ah, jerawat lagi " frustasiku

Kusam dan berminyak. Jerawat tumbuh dimana-mana. Pori-poriku membesar tatkala kuku jariku mencoba meraba wajah ku yang kasar.

Tapi aku juga tidak ingin pundung hanya karena diriku yang tidak terlihat seperti kebanyakan perempuan lain. Ku motivasi diriku kembali, mungkin bukan saat nya. Tidak untuk sekarang. Aku harus fokus dengan tujuan ku. Jangan tergoda dengan apa yang ada di kanan dan kiri. Itu hanya cobaan sesaat. Dimasa depan aku pasti akan menyadari akan sia-sia jika kita hanya terbawa nafsu masa muda. Jika aku tak ingin sulit di masa tua. Maka aku harus kuat, demi masa tua yang gemilang.

Semangat ku menggebu seiring motivasi yang ku ucapkan dalam hati kuat-kuat.

Walau berat memang tapi aku tidak boleh kalah. Kalah dengan diriku sendiri. Ini hanyalah masalah waktu jadi bersabarlah.

Aku keluar dari toilet. Ini baru waktu jam masuk ku. Ketika berjalan menuju tempat aku bekerja, saat itu juga dari kejauhan ku lihat laki-laki yang tengah fokus menunduk mengerjakan tugasnya. Dengan santai ia goreskan tinta hitam di atas kertas kerjanya.

Baru saja aku menyemangati diri agar tak kalah dengan godaan kanan kiri namun melihatnya aku jadi jatuh kembali. Aku ingin di pandang dia. Laki-laki tampan yang bekerja satu line dengan ku namun berbeda shift. Ketika aku masuk berarti itu waktu untuknya kembali ke rumah. Hanya di saat ini aku bisa dengan puas melihatnya.

Ya ampun, harapan ku begitu tinggi ku gantung. Perasaan yang bertepuk sebelah tangan. Cinta sepihak. Tidak! Cinta dalam diam ku

Selalu seperti itu. Aku terlalu pemalu untuk mengajak laki-laki bicara. Lagi-lagi tak memiliki cukup rasa percaya diri. Jika mereka tak menyapaku maka aku tidak akan bicara. Freak, mungkin itu yang ada di otak mereka ketika melihatku karena aku yang terlalu dingin. Tidak seperti perempuan lain yang mudah akrab satu sama lain. Padahal ini bukanlah tentang fisik tapi aku hanya terlalu malu.

Lama memandangnya tanpa ia tahu. Ia telah selesai dengan pekerjaannya. Ia menutup buku yang selalu menemani di kesehariannya bekerja. Lalu berjalan mengarahku. Aku menundukan pandangan dan fokus pada mesin yang ada di depanku, sok sibuk. Aku merasakan dirinya lewat di depan ku namun terhalang oleh mesin. Ku lirik sebentar, seperti biasa. Sebelum pulang ia selalu ke toilet. hal yang sudah seperti ritual bagi pekerja laki-laki disini.

Senyum ku mengembang. Dia terlalu indah untuk di pandang. Hanya melihatnya aku merasa sudah di tebar kan kelopak bunga dan berjatuhan secara slow motion. Ah! Halusinasiku!

Masa indah ku telah usai. Waktunya bekerja.

...

Malam yang dingin. Tadi sore langit sempat menangis cukup lama. Alhasil, udara kian menurun suhunya. Aku menyiapkan diri sebelum turun kejalan. Jam sudah menunjukan pukul 10.45 malam jaket tebal sudah ku kenakan, headset terpasang di telinga terkoneksi ke handphone yang sedari tadi ku pegang. Aku berjalan menuju parkiran. Hari melelahkan, hari ini ada tamu dari customer yang datang dan rasa tegang menyelimuti line ku tadi. Untung, tidak terjadi apa-apa. Semua berjalan lancar.

" pulang wi? " tanya seseorang dari arah belakang menganggetkanku yang tengah fokus dengan ponsel

" eh, mak. Pulang atuh " itu mak Tri, ketua regu line lawan shift ku dulu

Sekarang selepas cuti hamil ia di pindah menjadi kepala regu line lain

" di jemput mak? "

Aku memang sedikit akrab dengan beliau karena memang beliau cukup humble dan senang membantu anak produksinya. Ia salah satu kepala regu terbaik namun tetap saja masih ada cela. Manusia tidak ada yang sempurna kan?

Tak Mudah BagikuWhere stories live. Discover now