3 (Susu Cokelat)

776 104 16
                                    

🐣🐣🐣

Kamis pukul 22.40.

Langkah kaki terburu-buru terdengar semakin jelas. Dia yang duduk di ranjang sembari membaca majalah bisnis tidak terganggu sama sekali. Bahkan, ketika suara pintu kamar terbuka, kepalanya tidak mendongak. Seolah tidak tertarik pada sosok kurus yang berdiri di dekat pintu dengan nafas yang tidak teratur dan debaran jantung yang menggila.

"Mas," ucapnya lirih. Dia mendekat takut-takut pada sosok yang terlihat tenang dan fokus membaca.

"Maaf, pulang telat," suaranya bergetar. Kepalanya menunduk dan kedua tangannya saling meremas.

"Maaf," ucapnya lagi. Buliran air matanya mulai menetes sstu persatu. Membasahi pipi mulusnya yang sedikit berisi itu.

"Maaf, hiks"

Isakan kecil lolos dari belah bibir tipisnya membuat sosok yang duduk di ranjang terganggu. Dia menutup cepat majalahnya dan meletakkannya di nakas.

Di tatapnya si kurus yang berdiri di samping ranjang. Kemeja berwarna biru muda dengan motif garis-garis yang terbalut di tubuh kurus itu sudah kusut. Surai hitamnya yang lembut juga berantakan. Lelehan air mata terlihat jelas membasahi pipi yang setiap hari dia kecup.

Di tariknya perlahan tangan kurus itu. Di genggamnya erat lalu di kecup lembut.

"Mau mandi dulu apa mau langsung tidur?," tanya Daniel. Suaranya pelan dan tidak terdengar nada marah.

Seongwoo reflek mendongak dengan bibir tipisnya yang masih bergetar. Wajah dan hidungnya juga sedikit merah," mau langsung tidur."

Daniel mengangguk dan tersenyum tipis. Dia pun beranjak dari ranjang tanpa melepas genggaman eratnya di tangan Seongwoo.

"Kenapa baru pulang? Kalo tadi Mas ngga bilang udah di rumah, kamu mau pulang jam berapa?"

Seongwoo bungkam. Jujur, dia kaget menerima telepon dari Daniel yang mengatakan kalau sudah di rumah. Ternyata, Danielnya pulang lebih awal dari perjalanan bisnisnya ke luar kota.

"Dek, Mas khawatir sama kamu, ngga ada maksud lain," tangan besar itu merengkuh pundak Seongwoo pelan dan memeluknya begitu erat.

"Maaf, tadi aku nemenin Minhyun ke Mall. Nyari kado buat Hyunbin"

"Kadonya dapet?"

Seongwoo mengangguk. Kedua lengannya melingkari punggung Daniel. Kepalanya bersandar dengan nyaman pada bahu kokoh laki-laki yang mengenakan kaos polos berwarna hitam itu.

"Udah makan malem?," tanya Daniel lagi.

"Udah," jawabnya lirih.

"Minum susu cokelat mau? Mas udah bikinin itu, tapi masih panas"

Untuk kedua kalinya Seongwoo mengangguk. Daniel tahu kebiasaannya setiap malam. Meminum susu cokelat sebelum tidur.

"Mas Daniel"

"Apa?"

"Aku sayang Mas. Maaf bikin kecewa, makasih buat ngga marah"

Daniel tersenyum lagi. Dia melepas pelukan eratnya dan menatap Seongwoo lembut. Kemudian, wajahnya mendekati wajah manis Seongwoo. Menyejajarkan bibir tebalnya di depan bibir tipis kesayangannya itu.

Menempel, tapi tidak terlalu lekat.

"Mas lebih sayang Adek," ucap Daniel pelan. Lalu, bibirnya bergerak lembut meraup bibir Seongwoo dan melumatnya sebentar.

Dan malam itu, Seongwoo dibuat merona oleh Daniel.

🐣🐣🐣

Credit pict : stocksy.com

TBC

Sepasang | OngnielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang