Part 2

255 47 7
                                    

Part 2

Di antara gelapnya malam yang membelai pekat. Dan matahari yang tertidur lelap. Ada satu kehidupan nyata yang masih menampakkan eksistensinya. Melawan kehidupan normal untuk membentuk kehidupan sendiri di dunia yang bernama Atrox. Ratusan manusia berbadan kekar yang memiliki fokus untuk masing-masing kegiatannya di sebuah gudang bawah tanah.

“Atrox satu” seorang lelaki dengan mata setajam kucing persia terlihat berbicara di depan layar kecil yang difungsikan sebagai sandi pintu. Bukan dengan menekan angka, tapi harus menggunakan alat pemindai wajah. Setelah sensor layar mampu memindai wajah dengan baik. Pintu besar berbahan besi itu terbuka lebar. Sang Atrox satu berjalan diikuti beberapa orang kepercayaannya.

“Percepat produksi obat yang aku minta. Permintaan dari Rusia sedang tinggi” pria yang berdiri di sebelah kanan mencatat beberapa hal penting yang diinstruksikan. Tidak boleh ada yang terlewat atau semuanya akan mati hangus karena kemurkaan sang maha benar.

“Mr. Albert tadi siang menghubungi saya” alis sang pemimpin menukik tinggi. Menuntut kelanjutan untuk laporan yang akan disampaikan oleh salah satu anak buahnya.

“Beliau meminta anda mengatur jadwal ke Moskow untuk membicarakan tentang bisnis casino” sang Atrox mengangguk paham.

“Cek kalender ku dan atur jadwal dengannya”

Setelah mengucapkan itu, Atrox menenggelamkan diri ke dalam ruangan pribadinya yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Seperti bar mini di ujung kanan. Sofa besar yang terlihat empuk, namun segan untuk di duduki. Semua yang ada di dalam sana hanya didominasi hitam dan merah. Suram, angkuh, kesan tidak tersentuh menjadi ciri khas utama.

Atrox bukanlah seorang raja. Bukan pula pejabat negara. Atau seorang pekerja seni yang disebut, artis. Atrox hanya seorang pemilik gedung pusat perbelanjaan seluas 2 hektar. Dengan bangunan dibawah tanah yang difungsikan sebagai pabrik ekstasi.

Ya, hidupnya terlalu banyak manipulasi. Sampai semua orang tidak bisa membedakan mana Atrox, dan mana Lee Jooheon.

Mereka sama, satu kesatuan yang menyatu dalam raga utuh. Raga kuat yang berbanding lurus dengan taktik liciknya. 

Atrox tidak dengan sengaja memperkenalkan dirinya. Tapi hampir semua orang yang hidup dalam dunia gelap tahu bahwa eksistensinya tidak boleh dianggap sembarangan.

Ia hidup untuk abadi. Hingga tidak tahu apa itu mengalah. Ia tidak suka negosiasi rumit. Apalagi harus berpura-pura sabar. Kecuali untuk satu hal, kematian seseorang.

"Selamat ulang tahun" Atrox melingkari kalender yang bergantung tenang di dinding. Kemudian meniup lilin aromaterapi yang ada di atas nakas.

"Sebentar lagi aku akan mengirimmu ke neraka, di ulang tahun ke dua puluh tiga" Atrox melempar panah hingga menembus tepat ke foto seseorang. Mengakhiri dengan senyum penuh misteri. Sebelum akhirnya kembali mengubah mimik wajahnya menjadi datar, mengerikan.

-JK-

Atrox merupakan lambang kekejaman yang sesungguhnya. Selain uang, Atrox tidak menyukai apapun. Tapi jika itu untuk uang, hal yang tidak disuka pun terpaksa jadi bersahabat. Seperti pagi ini. Ia harus bersiap lebih pagi. Sesuatu yang ia benci adalah bangun di pagi hari.

Ia naik ke dalam jet pribadi miliknya. Masih menggunakan piyama sutra berwarna hitam. Atrox mengambil posisi duduk paling nyaman. Kendaraan besi yang terparkir apik di halaman belakang itu. Sedang dalam tahap pengisian bahan bakar sebelum lepas landas menuju Moskow.

Membaca sekilas agenda harian yang diletakkan oleh asisten di atas meja. Buku agenda yang tidak terlalu besar dengan bingkai emas yang indah. Di buka perlahan menuju halaman yang sudah ditunjuk.

CULPA [JOOKYUN]Where stories live. Discover now