Aku pernah merasa bahwa aku adalah otang teroptimis di dunia ini. Bukan berarti aku selalu berhasil, bahkan kegagalan selalu menjadi teman terbaikku untuk maju dan menemukan arti kehidupan. Hanya saja aku selalu percaya pada diriku dan Sang Penulis Takdirku, selama proses yang kulalui sesuai jalan-Nya.
Namun, disinilah aku, terjebak dalam lembah yang manusia sebut sebagai "PESIMIS."
Aku tak tahu bagaimana ini bermula. Mungkin saat semua terjadi di luar kendaliku, berbeda dengan rencanaku, dan terlalu tiba-tiba. Aku tak siap. Tidak pernah siap.
Aku takut.
Takut membuka mata.
Terlalu takut pada kenyataan.
Berharap jika aku bangun, semua ini hanya salah satu mimpi buruk yang tak ingin kuingat.
Dan semuanya baik-baik saja.Aku tak berani berharap, karena jika harapanku sirna, aku takut akan semakin terluka. Aku takut mengecewakan orang-orang yang kusayangi. Takut aku tak bisa melewati semua ini. Rasanya ingin kuputar waktu kembali. Aku terlalu takut, dengan semua ini. Tak sanggup kuungkapkan dengan kata betapa menakutkannya ini. Rasa pesimis yang menghantuiku.
"Pesimis", kata yang tak ada dalam kamus hidupku, kini menjelma menjadi kenyataan yang harus kuhadapi.
Aku sadar setiap hari semakin sulit untuk membangun optimis dalam diriku. Dalam pikiran, hatiku, ucapanku, dan tindakanku. Aku ingin menghidupkan harapanku kembali, seberapapun kecilnya itu, hingga aku berani menghadapi semua ini.
Aku bisa dan aku kuat.
Kembali merajut kebahagiaanku dan meraih mimpiku. Mampu membuka mataku untuk melihat sisi positif dari setiap permasalahan.Semuanya tak pernah terjadi tanpa alasan. Meskipun hidup tak selalu memberimu pilihan terbaik, proses itu mungkin adalah sebuah pelajaran yang kaubutuhkan. Untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Pribadi yang lebih bersyukur atas nikmat-Nya, pribadi yang tak akan menyakiti diri sendiri dan menyayangi sesama. Pribadi yang menerima dan menjalani semuanya dengan ikhlas. Dan pribadi yang bahagia.