Chapter 1

18 2 0
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
.

Entah kapan terakhir kali aku melihat kalender, Entah juga sudah berapa lama waktu berlalu, tinggal di ruangan 3x4 meter ini membuat ku tidak tau keadaan diluar sana, apakah sedang hujan badai ataukah sang mentari sedang menunjukkan kilauannya.

Hanya paman dan bibi yang diperbolehkan keluar masuk kamar yang aku tinggali ini, dan hanya paman dan bibi yang boleh melakukan transfusi darah. bukan - bukan aku tidak sedang sakit, malahan darah yang diambil merupakan darahku.

Ada yang aneh dengan diriku saat umurku menginjak 14 tahun, tiba - tiba tubuhku terasa panas seakan darah dalam tubuh ku sedang mendidih, aku tidak terlalu ingat dengan kejadian 2 tahun lalu, ku yang lalu itu yang aku ingat hanya tubuhku yang terasa sangat panas dan menyakitkan.

Kata bibi darah dalam tubuhku tiba - tiba meningkat, hidungku mengeluarkan darah yang cukup banyak hingga akhirnya dokter yang menanganiku berkata bahwa darahku harus segera disedot keluar kalau tidak tubuhku akan meledak.

Sedikit berlebihan memang, tapi setelah melakukan transfusi darah aku yang tadinya terus meronta kepanasan perlahan mulai tenang, suhu tubuhku mulai menurun, dan darah yang keluar dari tubuhku berangsur angsur berkurang.

Cukup mencengangkan aku yang dulunya berumur 14 tahun dapat menghasilkan 10 kantong darah penuh, haruskah aku tercatat didalam buku Guinnes world of record? Sebagai gadis termuda yang berhasil mendonorkan 10 kantong darah dalam satu hari?.

Mungkin setelah itu aku akan dijadikan kelinci percobaan untuk para peneliti.

Selama 1 tahun berlalu bibi dan paman awalnya selalu khawatir denganku karena setiap minggunya paling tidak sekali harus melakukan donor darah.

Aku selalu berkata tidak apa-apa toh dalam waktu 2-3 hari darahku kembali kejumlah normal.

Hingga suatu hari ada sebuah yayasan kesehatan yang datang kerumah dan menawarkan sejumlah uang yang bisa dibilang tidak sedikit dengan syarat paman dan bibi setiap bulannya harus mengirim paling sedikit 10 kantong darah kepada yayasan tersebut.

Selama ini paman dan bibi selalu meminta ijin kepadaku apakah harus menerima atau menolak tawaran semacam itu dan paman dan bibi selalu menolak secara terang terangan jika ada yayasan yang menginginkan stok kantong darah sebanyak lebih dari 5 setiap bulannya, karena kami tidak pernah sekalipun meminta bayaran atas kantong-kantong darah yang telah kami kirimkan.

Kedalaman laut memang dapat diukur namun dalamnya hari seorang manusia siapa yang bisa menebak?

Paman dan bibi menerima tawaran itu tanpa menanyaiku, bahkan jadwal donor darah yang hanya seminggu sekali berubah menjadi 2 kali seminggu.

Pernah sekali aku bertanya mereka hanya berkata ini semua hanya untuk kebaikanku? Awalnya memang aku percaya, bulan pertama setelah paman dan bibi menerima tawaran itu, kebebasanku satu persatu dibatasi oleh mereka hingga setelah 6 bulan berjalan akhirnya aku menyadari mereka sudah bukan paman dan bibi yang aku kenal.

Marah? Sudah pasti, kecewa? Jangan ditanya lagi, tapi aku bisa apa? Sejak kecil aku diasuh oleh mereka, ingin memberontak tapi mereka yang mengasuhku sejak kecil.

Yang bisa kulakukan adalah diam dan patuh, aku tidak mau dicap sebagai anak yang tidak tau terima kasih.

Darahku akan kembali kejumlah normal pada hari ke 3 dan dapat diambil lagi, namun karena paman dan bibi yang menambah jadwal donor darah 2 kali dalam seminggu dan darah yang biasanya disekali diambil mendapat 2 kantong dipaksakan menjadi 4 kantong.

Semakin lama jumlah yang dapat aku hasilkan semakin berkurang bahkan aku harus mengkonsumsi pil penambah darah 3 kali sehari.

Dan itu membuat paman dan bibi marah mereka bahkan beberapa kali tidak memberiku makan jika aku tidak dapat menghasilkan minimal 2 kantong dalam sekali jadwal donor.

Queen Of BloodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang