Part 1

8 1 0
                                    

Takdir manusia tidak bisa di tebak, datang dan pergi, itu pasti terjadi dalam hidup.

"No..no.. jangan lari-lari nak, nantik kamu jatuh" teriak sang ibu kepada anaknya yang lari-lari mengejar kelinci.

"Sudahlah sayang, kamu tak perlu khawatir, Nono sudah bisa bertanggung jawab pada dirinya sendiri" bisik sang suami sembari memeluknya dari belakang. Sang istri melepaskan pelukannya dan menghadap suami.

"Tapi... Mas..."sang istri membantah, namun sebelum melanjutkan kata-katanya, sang suami telah mendaratkan kecupan singkat dibibir sang istri.

"Ihhh mas, ini tempat umum loh, gimana kalau ada orang yang liat?" Kata sang istri sambil cemberut.

"Gak papa sayang kita kan sah, sekarang kita nikmati waktu pacaran kita, sebelum Nono kembali" suami memeluk sang istri.

Sewaktu Nono lagi asyik mengejar kelinci.

"Kelinci tunggu Nono, Nono capek ngejarnya" teriak nono sambil ngos-ngosan.

Setelah berhenti dan duduk di bawah pohon Cemara, terdengar suara tangisan anak kecil seusianya.

"Eeeeee....eeeeee....eeeeeeee..." Tangisan itu semakin terdengar keras saat Nono mendekati pohon Cemara besar di sampingnya.

"Ciapa yang nangis tuh?" tanyak Nono penasaran lalu menghampiri pohon itu.

"Wahh cewek,,," seru Nono lalu nyamperin anak gadis itu, langsung duduk di dekatnya.

"Hai... Kamu kenapa menangis, kata bunda Nono orang cuka nangis jelek, jadi kamu jangan nangis bial tidak jelek" kata Nono dengan bahasa Indonesia yang belum cendil.

Tangisan pun mulai reda, Caca mendongakkan kepalanya, dan melihat anak cowok sebayanya duduk disampingnya.

"Kamu ciapa, Caca gak kenal kamu" purau Caca memandang Nono selidik.

"Aku nono, kamu ciapa?" Nono tersenyum dan mengulurkan tangannya. Caca terlihat ragu, namun ia membalas uluran tangan nono.

"Aku Caca" ujarnya lalu tersenyum.

"Caca tidak boleh nangis lagi ya, bial tidak jelek" nasehat Nono, dan Caca mengangguk kepalanya. Mereka sama tersenyum.

"Caca mau main petak umpet sama Nono tidak" tanyak Nono mengajak Caca bermain, agar tidak sedih lagi. Caca hanya menggeleng kan kepalanya.

" Caca gak mau main sama Nono?" tanya Nono dengan wajah sedihnya.

" Kaki Caca sakit, Caca jatuh tadi waktu ngejar kupu-kupu cantik" ucapnya sambil menunjukkan lutut yang memar dan berwarna keungu-unguan. Nono berjongkok dan meniup lutut caca yang berwarna keungu-unguan.

" Udah selesai, cekayang Caca mau kan, main sama Nono?" Ajak Nono yang sudah berdiri, lalu mengulurkan tangan kanannya ke Caca, untuk membantu Caca berdiri, uluran tangan itu pun di sambut dengan baik oleh Caca.

Mereka bermain petak umpet, dan menghiraukan apa yang mereka kejar tandinya.

"Caca Nono hitung ya,,, 1..2...3...4...5" Caca mulai bersembunyi dibalik semak.

Matahari beranjak dan ada di tengah-tengah yang menunjukkan jika waktu sudah siang. Terlihat sepasang suami istri duduk berdua sambil bercerita.

" Oea pah, papa tidak penasaran dengan jenis kelamin anak kita" kata sang istri sambil mengelus-elus perut buncitnya.

" Apa pun jenis kelaminnya, mereka adalah anugerah terindah dari Tuhan untuk kita ma" sang suami mengelus perut sang istri.

" Pa..pah kok mama tidak liat Caca dari tadi ya, kemana dia?" Tanya mama yang baru sadar jika anak sulungnya tidak ada di sekitarnya.

My Puppy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang