Kita harus bersyukur kan?
_______________________Nameera berjalan beriringan bersma Sherly, di depan mereka berdua ada Fadhil yang yang sesekali menendang krikil di dekat kakinya.
Setelah bersantai di taman kampus beberapa saat, mereka bertiga memutuskan untuk datang ke ruko lebih awal. Ruko yang mereka sewa dari seorang penjual es kelapa yang sekarang sudah gulung tikar.
Ruko yang menjadi tempat mereka menjual pecel ayam dan pecel lele ini adalah wujud dari sebuah pertemanan. Hubungan pertemanan yang merubah masing-masing dari mereka untuk berpikir lebih luas dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.
Fadhil si anak management bisnis, Sherly sang bintang di kelas ekonomi, dan Nameera calon ibu guru. Mereka bertiga sepakat untuk menerapkan ilmu yang didapat dalam berjualan makanan khas Nusantara ini.
Berbekal resep masakan Ibunya Fadhil, mereka bertiga menjalankan tugas sesuai dengan keahliannya masing-masing. Sherly mengatur modal dan keuntungan barang dagang, Fadhil menuangkan ilmu management bisnisnya dengan mengatur strategi penjualan. Sedangkan Meera, ia bertugas untuk mempromosikan barang jualan mereka. Berkat kepribadiannya yang supel dan kreatif, ia dapat mengundang banyak mahasiswa dan warga sekitar untuk membeli masakan mereka.
Awal-awal berjualan, mereka belum bisa menyewa ruko seperti saat ini. Mereka berjualan tepat dipinggir gedung kampus bermodalkan satu gerobak dorong dan terpal. Sebenarnya tempat yang ingin ia datangin ini bukan bangunan yang bisa dipakai untuk tidur dan berjualan bersamaan, mungkin akan lebih tepat jika kita disebut warung. Karena bangunan yang mereka sewa ini hanya bangunan tiga kotak dengan luas 8×5 meter yang dilengkapi satu toilet.
Ruang depan dengan rolling door berwarna biru tentu saja tempat yang cocok untuk menjual dagangan mereka. Ruang kedua, ruangan ink lebih kecil dari ruang depan. Biasanya digunakan untuk shalat dan meletakkan barang-barang bawaan mereka seperti tas atau sepatu. Dan ruang ketiga ada dapur kecil yang bersebelahan dengan toilet.
Seminggu pertama penjualan, ibunda Fadhil yang menyiapkan dan memasak semua bahan. Tapi, sekarang mereka bersyukur karena sudah memiliki waktu luang ditengah-tengah mengerjakan skripsi.
"Meer, lo besok jadi pergi ke Bandung?" Nameera mengangguk pasti.
"Insya Allah jadi. Teh Nada bisa ngambek kalau gue enggak dateng." Teh Nada adalah orang yang sudah baik hati menumpangkan Nameera dan kawan-kawan sekelompok tinggal di rumahnya sewaktu mereka KKN di Bandung. Kabar baik yang Nameera dapatkan satu minggu lalu, kalau besok ia akan melangsungkan acara pernikahan.
Selain menyediakan tumpangan, Teh Nada juga salah seorang tenaga pengajar di sekolah taman kanak-kanak di desanya. Darinya Nameera banyak mengambil pelajaran.
"Jadi berangkat bareng Dave?" tanya Sherly sekali lagi.
"Dave nggak bisa, dia berangkat malem ini. Katanya supaya kerjaannya selesai sebelum acara nikahan Teh Nada bubar. Jadi nanti kita bisa pulang bareng gitu."
"Hubungan lo sama Dave sebenarnya apa sih Meer?" tanya Fadhil yang tiba-tiba menghentikan langkahnya dan berbalik badan. Hampir saja Nameera dan Sherly menabrak wajahnya.
"Fadhil! Bisa nggak sih nggak berhenti sembarangan kayak gitu?" kata Sherly bersunggut-sunggut.
"Hehe Sorry." Fadhil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya sambil menampilkan wajah tak bersalah.
"Jadi sekarang hubungan lo sama Dave itu apa Nameera?! Bukannya tiga bulan lalu kalian putus?" Meera bergeming, ia menatap serius Fadhil yang sedang berjalan mundur di depannya menuntut jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAMEERA [Revisi]
General FictionTULISAN INI DILINDUNGI OLEH ALLAH SWT ______________________ Lahir dan besar di keluarga kaya, membuat perempuan bernama lengkap Meliya Nameera harus selalu melakukan apa yang diperintahkan ibunya. Bahkan masa depannya juga sudah tertulis di buku ca...