3 [REVISI]

701 60 2
                                    


Aku sebenarnya mau
______________________

"Kamu mau kemana? Pagi-pagi gini udah rapi aja?" tanya Rumi yang baru saja menginjakkan kakinya di dapur.

Nameera menoleh tersenyum, ia sedikit merapikan poninya yang sudah mulai memanjang.

"Seminggu yang lalu bukannya aku udah bilang sama Mami, kalau hari ini aku mau ke Bandung?" Nameera tidak tahu, kebaikan apa yang pernah ia lakukan belakangan ini. Karena entah sejak kapan Rumi sudah mulai menyapanya lebih dulu. Walaupun masih terkesan dingin, apalagi semalam ia baru saja dimarahi karena membuat Mami menunggu sampai tengah malam, tapi Nameera selalu memanjatkan syukur, biarpun marah-marah mami tetap menunggunya hingga sampai di rumah. Semoga saja semakin hari hubungannya dengan sang mami semakin membaik seperti sedia kala.

Beberapa menit kemudian, Papi bergabung bersama mereka di meja makan, "sarapan apa pagi ini?" tanya Agung setelah mencium pipi kedua perempuan yang ada di dekatnya.

"Pagi ini sarapan roti, aku sudah buat yang spesial buat Mami Papi," katanya begitu excited sambil mengangkat roti panggang yang baru saja diolesi selai kacang.

"Tapi bukannya lebih baik makan buah dulu?" Nameera menyodorkan piring berisi buah apel yang baru saja selesai ia potong pada kedua orangtuanya.

"Pagi ini kamu jadi berangkat ke Bandung?" tanya Agung pada Meera di sela-sela kunyahannya. Ugh! Nameera menjerit dalam hati, papinya yang super super sibuk itu mengingat jadwal keberangkatannya.

"Insya Allah jadi," senyumnya semakin lebar saja saat mendapati papi yang mulai makan buah hasil potongannya.

"Diantar Pak Yudi ya?" tawar papi perhatian, meskipun begitu tetap saja matanya masih terfokus pada iPad yang ada di sebelahnya.

"Kemarin Papi yg bilang lho, kalau Papi ada kerjaan penting dan Pak Yudi harus ikut. Jadi aku sudah pesan tiket dari tiga hari lalu." Pesan tiket yang dimaksud Nameera itu adalah mengiyakan tawaran pihak KAI untuk jadi model iklannya dan barter kursi eksekutif dengan satu vidio yang akan ia produksi sendiri. Papinya tentu saja tidak tahu-menahu soal kerjasama ini. Ya, keseringan sih begitu, beliau sering kali terkejut saat melihat wajah anaknya di salah satu iklan produk maupun jasa yang berseliweran di internet. Yang lebih mengejutkan lagi, papi pernah lihat wajah anaknya di salah satu produknya sendiri, waktu itu beliau pernah lihat Nameera jadi bintang iklan minyak gorengnya, anak itu  menggoreng lima paha ayam yang entah di dapur siapa.

Naik kendaraan umum bukanlah hal yang baru bagi Nameera, ia sudah sangat terbiasa turun naik berganti dari kendaraan satu ke yang lain. Meskipun di rumahnya ada Mini Cooper berplat cantik dan dirawat baik oleh Pak Yudi.

Tapi di depan Nameera maminya baru saja  menghembuskan napas berat, yang artinya tidak mau menentang kemauan Nameera, atau lebih tepatnya tidak peduli dengan apapun yang Nameera pilih. Tapi sedetik kemudian Nameera melihat papinya mengangguk samar, tanda izin disetujui pernyataannya itu.

Apakah seorang Agung Mubarak memberikan izin begitu saja pada anak perempuan satu-satunya itu? Tentu saja tidak. Sebagai ayah tentu saja ia sangat ingin punya peran di mana pun dan kapan pun Nameera membutuhkan. Meskipun anaknya sudah mengatakan akan pergi sendiri, ia masih punya celah untuk mengambil peran itu.

"Pagi ini Papi enggak ada kegiatan apa-apa, jadi bisa antar kamu ke stasiun, habis itu baru berangkat ngantor." Tuan besar Mubarak bukan sedang meminta persetujuan dan penawaran, itu jelas sekali perintah untuk sang putri agar berangkat bersamanya.

NAMEERA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang