Chapter 1

130 6 1
                                    

Aku Sienna, nama lengkapku Sienna Pradipta, anak bungsu dari Jovan Pradipta dan Adelaide Pradipta. Well, aku adalah seorang remaja berdarah Indonesia - Jerman yang tinggal di Australia—yang lebih tepatnya di Sydney.

Aku mempunyai seorang kakak laki-laki yang bernama Vanza Pradipta. Dia adalah pribadi yang sangat dingin. Meskipun begitu, dia sangat menyayangiku, well dengan caranya sendiri. Mungkin dari luar dia terlihat tidak peduli dengan orang yang dia sayangi, namun yang sebenarnya terjadi adalah sebaliknya, dia peduli. Sangat peduli. 

Ayahku adalah seorang kontraktor. Beliau sudah menjadi kontraktor sejak berumur 35 tahun. Itu berarti, beliau telah bekerja selama 10 tahun. Ayahku ini berdarah indonesia, sedangkan ibuku, Adelaide Pradipta adalah seorang designer berdarah Jerman. Mereka berdua sama-sama sibuk dengan dunianya masing-masing. Tetapi, mereka masih sempat untuk mengurus aku dan Vanza.

Kami sudah tinggal di Sydney sejak aku berumur 7 tahun, atau bisa dibilang sudah 9 tahun lamanya. Sebelum tinggal di Sydney, kami tinggal di Jakarta, Indonesia. Kami pindah ke Aussie karena Ayah memiliki proyek yang harus diawasi di sini.

"Hey Sienna! Are you ready yet?" Vanza berteriak dari depan pintu kamarku.

"Not yeeet!" sautku sambil menyisir rambutku.

"Faster then, you don't want to come late to school again right?" suaranya terdengar menjauh. Sepertinya dia sudah menuruni tangga. Aku hanya menghela napas berat, dengan segera aku mengenakan kaus kaki dan sepatu converse. Lalu membawa tas dan menuruni tangga.

Di bawah, aku melihat Mom, Dad, dan Vanza sudah duduk mengelilingi meja makan. Seperti biasa, aku selalu datang paling akhir.

"Morning baby, how's your sleep?" kata Mom  saat aku sudah duduk di kursi meja makan.

Aku tersenyum, "Morning mom, aku tidur pulas semalam." mengambil roti yang sudah Mom oles dengan selai dan langsung memakannya. 

"Yeah, saking pulasnya, kau membuat kita terlambat lagi, C." aku menoleh ke arah Vanza yang sedang menatapku sebal. Oke, aku akui sudah 3 hari berturut-turut aku dan Vanza terlambat. Dan semuanya karena aku yang tidurnya terlalu nyenyak. Mungkin ini karena guru-guru sedang tidak memberikan banyak tugas, sehingga aku bisa tidur lebih awal dan lebih nyenyak.

Aku mendecak sebal, "Lalu, tunggu apa lagi? Ayo berangkat!" kataku, kemudian langsung naik ke mobil Vanza

Kakak ku dan Aku bersekolah di Rixton High School. Saat ini, aku menduduki kelas 11 sedangkan Vanza kelas 12. Setiap hari, aku diantar dengan mobil sport kebanggaannya. Dia mendapatkan mobil ini 1 tahun yang lalu karena keberhasilannya dalam meraih juara pertama dalam olimpiade biologi. Harus kuakui dia sangatlah cerdas, apalagi dalam pelajaran ipa.

***

Kami memasuki pelataran parkir Rixton High School yang masih terlihat ramai. Berarti kami belum terlambat, syukurlah. Vanza memarkirkan mobilnya, dan aku segera melepaskan seat belt.

"Yeay belum terlambat!" kataku dengan semangatnya. "Thank you bro, see you later!" lanjutku sambil membuka pintu mobil lalu keluar dan menutupnya kembali.

Vanza ikut keluar dari mobil. Dia mengangguk, "Hari ini kita beruntung. Well, see you." katanya sambil mengunci mobilnya.

Aku berjalan menuju kelas dengan semangat. Setiap hari, aku selalu bersemangat untuk mendatangi sekolah. Okay, maybe it sounds really weird. But seriously, aku benar-benar semangat untuk bersekolah, mungkin karena ada dia? Ah entahlah.

Aku memasuki kelas dan langsung duduk ke bangku tempat yang biasa ku duduki—di pojok belakang.

"Hey my lovely Sea!" kata anak laki-laki yang duduk di sampingku. Dia langsung memeluk ku, seakan-akan aku ini sudah menghilang selama bertahun-tahun.

Try {L.H.}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang