Chapter 2

101 5 6
                                    

Entah sudah berapa jam kami berdua di atas sini … tapi yang jelas, aku merasa lapar sekarang. Aku pun menoleh ke arah Luke yang sedang tiduran di samping ku.

Tadinya aku ingin memberitahu bahwa aku sudah lapar, namun saat aku melihat Luke yang—sepertinya—sedang menikmati suasana, aku menjadi mengurungkan niat itu. Sepertinya aku memang harus menahan rasa lapar ku ini.

*KRRR*

“You’re hungry, right?” Luke menoleh kearahku sambil tersenyum lalu tiba-tiba bertanya kepadaku.

Aku mengerutkan keningku, “No, I’m not,” pembohong. Aku mengatai diriku yang baru saja membohongi Luke dan diriku sendiri.

“Yes you are, little liar,” Luke duduk lalu tersenyum miring.

Aku hanya menatapnya bingung sambil mengerutkan dahiku. Sial, bagaimana dia tahu bahwa aku berbohong? Aku pun menghela napas, “Yes you’re right, how did you know I’m hungry?”

Luke mencubit pelan hidungku, “Your stomach just told me,” Segitu kencangnya, kah, suara perutku? Great job, stomach! Kau berhasil membuat ku malu. Luke pun berdiri dan berjalan ke dekat pintu, “So, you want to go to the canteen with me or you want to stay here?” sambungnya.

Aku tersenyum lebar walaupun masih sedikit merasa malu karena dia mendengar suara perutku tadi. “I’m coming with you.”

Kami berdua pun menuruni tangga dan menuju ke kantin. Sesampainya di kantin, kami langsung memilih tempat duduk kemudian memesan makanan masing-masing.

Aku pun memesan nasi ayam goreng, dan segelas jus alpukat. Aku memang harus memesan nasi karena aku sangatlah kelaparan. Sedangkan Luke, dia hanya memesan roti sandwich dan orange juice.

Saat menunggu pesanan, kami berdua asik dengan handphone masing-masing. Namun tiba-tiba ada yang menoyor kepalaku, sontak aku menoleh. “What the f--“ aku tidak jadi menyelesaikan kalimatku ketika melihat siapa yang ada di hadapanku saat ini.

Mr. Sanders.

“So, this is what you called school’s health unit, hm?” Mr. Sanders menatap kami berdua secara bergantian sambil melipat kedua tangannya di dada. What the hell is he doing here? Bukankah dia seharusnya mengajar di kelas lain?

Aku dan Luke saling bertatap-tatapan, aku memberikan kode agar Luke yang menjelaskan kepada Mr. Sanders.

“Nope. Listen, this is not what it looks like.” Kata Luke.

“So, tell me what are you guys doing here?” Tanya Mr. Sanders

“You know … Sienna is sick and I think she needs to eat some food to get better, so I decided to buy some food for both of us. But when I want to go to the canteen, she said don’t leave me alone so yeah … here we are.” Kata Luke.

“I hope you’re not lying, Hemmings,” Mr. Sanders menatap sinis Luke kemudian beralih menatapku. “And for you, get well soon.” Lanjutnya.

Aku tersenyum, “Yeah, thank you.”

Aku menghela napas lega. “That was close!” kata Luke sambil mengelus-elus dadanya. Mungkin dia merasa beruntung karena dia memberikan alasan yang cukup tepat sehingga kami berdua tidak diseret ke ruang BK.

Aku hanya mengangguk, membenarkan perkataannya. Pesanan kami berdua pun datang, aku dan Luke pun membayarnya.

“You should thank me, Sea.” Kata Luke sambil tersenyum menatapku.

Aku memutar kedua bola mata ku dan meninju pelan lengan Luke, “Thank you.” Kataku. Luke mengelus daerah lengan yang baru saja ku tinju.

“You’re welcome! But you don’t have to punch me.” Katanya yang sedang mengerucutkan bibirnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Try {L.H.}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang