EGI MAHESA

18 0 0
                                    




Yang seperti Om Andi dan Tante Ika ceritakan, ibuku berharap aku bisa menjadi Ratu dalam setiap kerajaan yang aku pimpin, walau di dampingi oleh sang Raja. Aku bersyukur, di umur seperti ini, aku di berikan kepercayaan untuk memimpin sebuah divisi di pekerjaanku. Karir ku bagus, dan asamarakupun beruntung. Egi Mahesa namanya. Pria yang mengajakku makan siang ini adalah kekasihku, umur kami hanya selisih dua tahun. Kami berkenalan saat Egi dan aku makan siang di salah satu Mall di kota kami ini, pertemuan kami tidak sengaja. Aku yang sedang menikmati makan siangku, di hampiri oleh sosok pria yang sedang kebingungan untuk memilih tempat duduk karena waktu itu jam makan siang dan semua meja terisi. Kami makan berdua saat itu, mengobrol tentang pekerjaan dan di lanjutkan tukar nomor handphone. Seiring berjalannya waktu, aku merasakan bahwa Egi adalah sosok pria dewasa yang mempunyai wawasan lebih luas di bandingkan denganku. Egi seorang manager HRD di salah satu perusahaan dekat dengan perusahaanku, sebelum aku menjadi kekasih Egi, banyak rumor yang beredar bahwa perusahaan di miliki oleh ayahnya sendiri. Namun, aku tidak perduli, apapun itu, aku tertarik dengan personalnya Egi Mahesa. Sosok yang sampai sekarang selalu menemani perjalananku satu tahun kebelakang.

"Gimana kerjaan hari ini, Sa?" Tanya Egi saat kami selesai memesan menu.

"Lancar. Cuman pak Dion nyuruh kita buat project untuk setiap divisi terus reportnya minggu depan, tapi aku belum tau mau buat konsep kayak gimana." Jawabku. Egi terlihat sedang membalas pesan di handphonenya.

"Udah tanya ide ke team kamu belum?" Tanya Egi.

Aku mengangguk. "Udah ko. Kita meeting besok pagi buat idenya. Aku sih kayak kepikiran evaluasi setelah kita ngadain training perauran perusahaan gitu."

"Iya, bagus itu. Kalo hasilnya di bawah standar kalian, kalian bisa ulang lagi, atau refresh training gitu. Oh ya, nanti malam kamu kemana?" Tanya Egi. Pesanan minuman kami datang.

"Makananya cepet ya, mbak. Kami sudah lapar" Kata Egi kepada pelayannya, di balas dengan "Di tunggu."

"Aku di rumah aja paling, ada kerjaan lain di kantor. Kenapa?" tanyaku.

"Aku mau ketemu vendor nih, paling sampai malam. Kalo kamu lembur, nanti aku jemput." Kata Egi.

"Kayaknya aku pulang langsung aja deh. Tante Ika sendirian di rumah. Om andi akhir-akhir sering ngelembur." Kataku sambil membantu pelayan yang sudah datang menghampiri meja kami. Lalu kami menikmati makan siang kami berdua.

                                                                                          ***

Aku sering bertanya pada diriku, mengenai hubunganku dengan Egi. Apakah aku pantas untuk menjadi pasangan seumur hidupnya kelak? Atau aku tidak pantas mengingat aku di besarkan oleh kedua Om dan Tanteku dalam keluarga yang sederhana ini. Pikiran itu beberapa kali muncul satu bulan setelah kami memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih. Awalnya aku ragu memilih Egi menjadi pasanganku, namun Egi selalu meyakinkanku dan membuat aku menjadi percaya diri. Egi sudah tahu percis apa yang terjadi dengan keluargaku, dan sangat dekat dengan Om Andi dan Tante Ika.

"Walau aku baru kenal sama kamu, aku tahu betul perjalanan hidup kamu. Kamu sudah cukup percaya diri dengan keadaan kamu sampai detik ini. Aku, Egi Mahesa, pasti nggak akan mengecewakan kamu. Kamu yang selama ini aku cari, Sa. Kamu sudah berhasil menjadi Ratu di kerajaanmu, Sa." Kata Egi sambil menggenggam tanganku. Ketulusan Egi saat itu mebuatku lebih percaya diri. Aku tersenyum dan mengangguk. Malam itu, pertama kalinya kami berkencan dan aku mengungkapkan keraguan atas diriku selama ini. Egi Mahesa datang sebagai raja dari kerajaan yang mewah, dan aku hanya seorang gadis yang baru memimpikan akan menjadi ratu di kerajaanya. Aku pernah bertanya kepada Egi mengenai alasan mengapa aku menjadi pasangan Egi. Egi hanya tersenyum, dan menceritakan apa yang terjadi pada hidupnya. Sebelum Egi menjabat sebagai peran penting di perusahaan ayahnya ini, Egi berusaha menjadi pegawai di perusahaan di luar kota. Namun, ayahnya sekarang sedang menjalani pengobatan dan membutuhkan Egi. Egi tidak mau dan tidak tertarik dengan harta yang di miliki oleh orang tuanya, Egi ingin berusaha dengan kemampuan yang ada di dalam dirinya. Keadaan sekaranglah yang membuat Egi harus membantu perusahaan keluarganya. Egi menilai bahwa aku adalah pribadi yang hampir sama dengan dirinya, berjuang untuk hidupnya sendiri. Sudah satu tahun kami menjalani hubungan ini, aku dan Egi sama sekali tidak ada pertengkaran di setiap hubungan kami. Kami selalu mendukung apapun pilihan kami. Selalu menghargai dan mengerti satu sama lain, aku bersyukur tuhan memberikan sesorang yang tidak memperumit asmara di umurku saat ini. Aku dan Egi memang belum berbicara serius mengenai status pernikahan, tapi aku mengenal Egi. Egi pasti tidak main-main dengan hubungan ini, dan Egi punya rencana lain di balik semuanya, aku hanya tinggal menunggu apa yang Egi putuskan nantinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 18, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MALIKAWhere stories live. Discover now