Terkadang hati dan pikiran tak sejalan.
©©©
Sela menghempaskan tubuhnya ke kasur. Setelah hampir setengah jam dirinya berkutat di kamar mandi untuk membersihkan diri. Gadis itu meraih ponselnya yang tergeletak di bawah bantal.
Dan sialnya ia baru ingat jika ponselnya itu mati saat setelah kemarin Fadhil menghubunginya. Dengan lesu, Sela mengecas ponselnya di atas nakas. Lalu gadis itu memilih untuk keluar kamarnya menuju meja makan yang kini sudah terdapat kedua orangtuanya.
"Gimana keadaan teman kamu?" Tanya sang papa, Wira saat baru saja Sela mendudukkan bokongnya di salah satu kursi di meja makan.
"Udah sadar pa." Jawab Sela seadanya. Raut wajahnya yang lesu itu membuat Wira dan sang istri menatap putrinya bingung.
"Kok kamu malah sedih? Harusnya senang dong karena teman kamu sadar saat setelah kecelakaan?" Tanya Shiren sang mama dengan bingung.
"Gak tau lah ma, Sela mau makan. Laper." Balas Sela. Moodnya seketika menjadi buruk. Dan nafsu makannya sudah meraung-raung.
Wira dan Shiren menggelengkan kepalanya, pasti ada suatu hal yang membuat mood putrinya menjadi buruk. Mereka tahu bagaimana Sela. Jika gadis itu mengalami bad mood pasti porsi makannya lebih banyak dari biasanya. Terbukti sekarang terlihat Sela yang sudah kesekian kalinya menyuapkan makanan kedalam mulutnya. Sedangkan Wira dan Shiren saja belum menyentuh makanan mereka masing-masing.
💥💥💥
"Mamaaaaaa" panggil seorang gadis yang saat ini tengah menuruni tangga rumahnya menuju dapur.
"Iya sayang? Loh kok kamu belum siap-siap kesekolah? Ini sudah jam tujuh loh." Heran Shiren saat melihat putrinya masih mengenakan piyama.
"Hari ini Sela izin gak masuk sekolah ma." Jawabnya sembari mengambil roti coklat di meja makan, lalu melahapnya.
"Sela, biasakan kalau lagi makan itu duduk." Tegur Shiren.
Sela menyengir kuda lalu setelahnya duduk.
"Kamu kenapa izin sekolah?" Tanya Shiren ikut duduk disamping putrinya.
"Sela mau main ke apartemen abang." Jawab Sela.
"Kok mendadak?"
"Gatau ma, tiba-tiba Sela kepikiran abang terus."
"Halah kamu ini."
"Hehe, papa udah berangkat kerja ya ma?"
"Iya, papa kan selalu berangkat pagi."
"Yahhhh padahal kan Sela mau dianter sama papa." Desah Sela.
"Minta abang jemput lah."
"Kan abang lagi sekolah ma."
"Eh iya ya."
Sela sudah menghabiskan dua roti, serasa sudah kenyang Sela pun pamit untuk mandi. Hari ini ia ingin berkunjung ke apartemen abang tersayangnya. Kenapa mereka tak serumah? Dikarenakan jarak sekolah abang Sela yang lumayan jauh, membuat abangnya memutuskan untuk tinggal di apartemen milik keluarganya yang kebetulan dekat dengan sekolahnya. Meski awalnya Sela tak mengizinkan, karena tak ingin jauh-jauh dari abangnya itu namun ia pun hanya dapat pasrah. Abangnya pun sering sekali berkunjung kerumah jika jadwalnya tidak padat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Are You My Boyfriend?
Подростковая литератураMasalahnya disini bukan soal rasa, tapi soal hati yang kadang cukup lelah untuk bertahan. Pikiran buat pergi selalu ada, tapi? Nyatanya sampai sekarang bertahan masih menjadi pilihan. -Are You My Boyfriend-