"Jangan salahin gue kalau lo tiba-tiba jatuh cinta sama gue suatu saat nanti."
-ErgaPagi itu, cuaca sangat cerah. Alatha memasuki area sekolah yang terlihat sepi.
"Kemana semua orang ?. Udah siang gini kok masih sepi ?", batin Alatha melanjutkan langkahnya menuju kelas.
Sama saja, kelasnya pun sepi. Tidak ada satu orang pun di dalamnya.
Alatha mengehela nafas. "Nih pada kemana sih ?. Ada tasnya, nggak ada orangnya."
Terdengar suara sepatu yang mulai mendekat. Alatha menoleh, terlihat Rara yang ngos-ngosan seperti habis berlari marathon.
"Gawat, Tha !!." Rara berucap sembari mengatur nafasnya yang tak beraturan.
"Gawat kenapa ?."
"Erga, Tha.."
"Erga kenapa ?."
"Erga berantem sama Gio."
"APA ?!. Dimana ?."
"Di belakang sekolah."
Mendengar itu, Alatha langsung bergegas meninggalkan kelas.
Suara riuh oleh mereka terdengar. Bukannya melerai malah semangat menyoraki keduanya. Alatha mendengus kesal. Tanpa berpikir panjang, ia menerobos kerumunan itu.
"ERGA !!", teriak Alatha berusaha menghentikan adu jotos antara Erga dengan Gio.
"Erga, Gio. Stop !", ujarnya.
Erga dan Gio yang masih tersulut emosi tidak menghiraukan keberadaan Alatha disana. Mereka masih saling menatap sengit satu sama lain dengan diimbangi pukulan-pukulan kuat. Membuat suasana semakin memanas.
"ERGA, GIO !! STOP GUE BILANG !!."
Teriakan keras Alatha akhirnya mampu menghentikan aksi pertengkaran mereka.
"Udah ?. Terusin aja !. Dengan senang hati gue laporin kalian ke BK." Alatha memberanikan diri, tidak peduli dengan tatapan aneh di sekitarnya.
"HEH, CEWEK SIALAN !!. Pergi lo dari sini !." Gio menatap tajam ke arah Alatha.
"Kalau gue nggak mau ?." Alatha membalas tatapan tajam dari Gio.
Alatha menarik nafas dalam-dalam. "Lo pikir nih sekolah punya lo, HAH ?!. Kalau lo mau banggain diri, mending sekalian aja lo adu jotos di depan emak lo, BERANI ?!."
Gio berniat memukul Alatha, namun ia urungkan.
"Dasar pengecut !. Nggak usah sok hebat lo !. Lo itu cuma remahan roti di depan emak lo." Alatha tersenyum remeh, mengingat betapa penakutnya Gio kepada mamanya.
Gio mengepalkan tangannya dengan kuat. Wajahnya mulai memerah dengan sorotan mata mengerikan yang ia tujukan kepada Alatha. Erga yang menyadarinya pun langsung menarik Alatha pergi.
"Obatin gue !", ucap Erga setelah sampai di UKS.
Alatha menyingkirkan poni panjang Erga yang menutupi wajahnya. Erga tertegun.
"Lo tuh kenapa sih doyan banget berantem sama Gio ?", bentak Alatha sambil mengobati luka di wajah Erga.
"Kenapa ?. Lo khawatir sama gue, hm ?."
"Nggak. Gue khawatir sama Gio bukan sama lo." Alatha mengucapkannya dengan penuh penekanan.
"Masa ?. Ketahuan banget bohongnya." Erga melirik Alatha sembari memekik tawa.
"Erga ish..", desis Alatha kesal.
Erga terkekeh, mengusap puncak kepala Alatha.
"Muka lo tuh udah jelek. Kalau gini malah tambah jelek, buluk", celoteh Alatha.

KAMU SEDANG MEMBACA
ERGA
Teen Fiction[Cerita Pertama] Follow dulu sebelum membaca:) *ARTI SEBUAH RASA DALAM AMBISINYA MENENGGELAMKAN LUKA* "Pilih truth or dare ?." -Erga "Truth nya apaan ?." -Alatha "Jawab dengan jujur... Lo suka kan sama gue ?." -Erga "Ish gue pilih dare aja kalau git...