Awal perjalanan

12 2 2
                                    

- Dua tahun lalu, hari pertama.

Pagi itu adalah masa perkenalan sekolah, murid-murid baru dari tiap sekolah terus berdatangan. Itulah saat dimana kakak kelas menebar pesonanya, apalagi jika tak melihat murid baru yang cantik nan manis.
Tak terkecuali Shabir, anak Ipa yang pernah tersakiti. Semangatnya begitu bergelora bak ular hendak memakan mangsanya. Bagaimana tidak, rasa sakit yang ia derita selama berbulan-bulan karena gagal dalam masalah percintaan, harus ia tanggung sendiri dalam rasa sunyi.

Harapannya menemukan seorang yang penuh kasih sayang, dan bisa mengerti apa itu perasaan. Tapi usaha itu tidak lah gampang, butuh penghayatan pada tiap perjuangan. Ya memang begitu, jika tidak itu akan menjadi sia-sia.

"Hari pertama tlah berlalu, tak ada yang spesial menurutku, yang ada hanya rasa belenggu dicampur pilu."ucap shabir. Jamal adalah sahabat baiknya, ia yang menemani dikala shabir bersedih. Tak jarang ia membantu menengahi masalah dikala hubungannya sedang tak baik kala itu. "Aiss... kau ni, janganlah kau seperti itu. Ku kira kau orang yg kuat tak putus asa, nampaknya kau hanya seorang yang lemah tak berkuasa. Sudahlah ini baru hari pertama bro, masih panjang perjalanan. Lagi pula kau belum tau ya anak baru yang namanya Asha ? Sempit kali duniamu." tutur Jamal.
Shabir hanya menggelengkan kepala tersenyum sinis dan bertanya-tanya "seperti apa Asha Ashatu, Jamal?." "Dahlah, nanti kau pun tau sendiri."jawab Jamal.

-hari ke dua.

Mata pelajaran pertama tlah selesai, biasanya mereka menunggu guru di luar kelas sembari bercanda gurau. Ini spesial menurut kakak kelas, karena waktu itu murid baru dikumpulkan di lapang basket. Beruntungnya kelas Shabir mempunyai sudut pandang yang baik dengan lapangan itu, dan semua murid baru nampak terlihat
jelas dari lantai dua.

"Ahh..., sedang apa mereka di sana. Senyum-senyum sendiri, gila kali." ucap Jamal yang sedang memperhatikan Farhan, Ogi, dan Fatih. Lekas Jamal menghampiri mereka, dan menanyakan apa yang sedang mereka lihat. Belum sempat bertanya, pandangan Jamal tertuju pada seorang perempuan bernama Asha murid baru itu. "Ooo, rupanya mereka sedang memperhatikan murid baru cantik tu." Jamalpun masuk ke dalam kelas menghampiri Shabir, ia ingin menunjukan seperti apa rupa Asha yang selama ini ia sebut-sebut. "Hei bir, kau mau aku tunjukan seperti apa bentuk bulan purnama?, indah layaknya malam seribu bulan tau tak." ucap Jamal. "apa yang kau bicarakan, mana ada bulan siang-siang. Dahlah kalau kau sakit, pusing karna soal matematika tadi, pergilah ke UKS. Banyak obat di sana, racun tikus pun ada." tutur Shabir.

Tak ingin kehilangan kesempatan, Jamal menarik Shabir ke luar kelas dan menunjukannya pada Asha. "nah, kau lihat perempuan itu. Lihat baik-baik, di bajunya ada bros bunga warna silver, Itulah Asha." ucap Jamal sambil mengarahkan tangannya pada Asha. "Aiiihh, itu bukan bulan aaa Mal. Keong Mal, iya putri keong." ucap Shabir yang sedang menatap Asha. "Eee kau ni, bisa tak majas mu itu percantik sedikit. Asha disamakan dengan keong, gak ada akhlak kau." tutur Jamal. "dia itu wanita hits tahun ini, siapa yang tak kenal dia. Rupa yang cantik, cerdas, pandai bermain gitar pula. Oh ya katanya dia juga seorang youtuber, sulit nampaknya mendapatkan hatinya." tutur Farhan.

Hati Shabir tersentuh, raut wajahnya berubah, warnanyapun memerah. "Mal, kalo aku dapatkan hati Asha tu mungkin tidak?." tanya Shabir. "Semua itu tak ada yang tak mungkin, asal kita mau berusaha. Aku tahu kau pernah terluka, tapi itu bukan akhir dari segalanya. Berjuanglah sampai titik darah penghabisan, tapi ingat kalau kau ditolak jangan menangis seperti bocah ingusan." jawab Jamal. Selang beberapa menit kemudian, guru Fisika datang mengisi pelajaran ke dua dan murid-murid masuk ke dalam kelas.

-Hari ke tiga.

Pagi itu adalah hari terindah untuk Shabir, ia begitu ceria karna bahagia. Seolah tlah menemukan pujaan hatinya, lantas ia mengabadikan dalam tulisannya. "Nampaknya pagi ini indah. Malam berganti siang, bulan hilang matahari datang. Seperti luka dalam dada, tak ku sangka ada penawarnya. Hey kau wanita manis, kau rubah rasa pesimis menjadi optimis. Andai ku dapat mengenalmu jauh lebih dalam, syukur ku atas kehadiran Tuhan."
Siang hari di sekolah saat waktu istirahat, Shabir dan Jamal pergi ke kantin untuk makan siang. Tak disangka ternyata mereka bertemu dengan Asha yang juga sedang berada di sana. "Ey mal, kau nampak tak ada Asha di sana? Cantik ya. Aku rasa dunia akan terasa indah jikalau aku bersamanya." ucap sabir. "tak usah kau mengada-ngada Bir, luka mu saja belum sembuh. Bagaimana kau akan memulai semuanya lagi?." tanya Jamal. Shabir tak menghiraukan pertanyaannya, ia malah tersenyum sendiri sambil terus memperhatikan Asha. Bel pelajaran selanjutnya berbunyi, semua siswa masuk untuk pelajaran selanjutnya.
Sore hari saat pulang sekolah, Shabir berharap bertemu dengan Asha sebelum ia pulang. Lantas Shabir menunggu di kantin dekat gerbang keluar sekolah. Saat memesan minuman ternyata ia sangat beruntung, ia bertemu dengan Asha saat memesan minuman. Shabir lantas terus memperhatikannya, sedang Asha merasa terus ada yang memperhatikannya. "Aishhh... wanita ni, mengapa begitu teduh saat ku tatap wajahnya, ya Tuhan kau turunkan bidadari surgamu ke dunia." dalam hati Shabir. "Aduh, kenapa kakak ini terus memperhatikan ku. Apa yang salah dengan penampilanku, ya Tuhan tajam nya tatapan kakak itu." dalam hati Asha. Keduanya saling tersipu malu, lalu Asha lekas pergi.

ini bukan dirimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang