Di bawah langit yang kelam, penduduk masih mencoba melakukan kegiatan mereka seperti biasa. Tak ada yang tahu penyebab dari berubahnya warna langit ini karena tak ada sinar mentari terbit maupun terbenam di negeri langit. Semua penghuni negeri langit berada di pulau terapung dan tak ada yang tahu hal macam apa yang menanti jauh di bawah mereka.
Di sebuah bukit, tak jauh dari pusat keramaian, seorang lelaki bersurai pirang melayang sembari terpejam bersama seorang lelaki lain dengan rambut keunguan. Mereka adalah Virgo Shaka dan Gemini Saga, dua Gold Saint yang diakui sebagai Saint terkuat hingga mendekati dewa. Entah bagaimana Shaka melihat sekelilingnya, Saga melihat makhluk dengan ragam bentuk dan ukuran, beraktivitas layaknya manusia pada umumnya. Mereka tidak heran karena makhluk-makhluk tersebut hidup berdampingan dengan manusia seperti mereka berdua, namun satu hal mengganggu pikiran mereka.
"Mereka menjajakan beragam senjata seakan barang itu kebutuhan sehari-hari. Makhluk seperti apa yang mereka hadapi hingga membuat pilihan yang barbar ini?" Kata Saga.
"Langit yang kelam tanpa mentari, kebutuhan akan pertahanan diri, makhluk beragam bentuk yang hidup berdampingan dengan manusia..." Shaka melayang bersama kawannya. "Sudah jelas, mereka tidak lagi menghadapi bangsa mereka sendiri maupun melawan dewa. Melainkan, ancaman lebih besar yang datang menghantui mereka di setiap kali mata mereka terpejam." Shaka menepuk kedua tangannya. "Amitabha."
"Tapi, Bukankah tugas utama kita adalah melindungi mereka yang lemah? Kita ada disini, pasti ada alasannya!"
"Di dunia ini, mereka tidak bisa diam dan menunggu kita datang menyelamatkan langit yang cerah. Lihatlah rumah-rumah yang runtuh, gedung-gedung yang terus menerus dibangun kembali, tentara yang tak berhenti untuk waspada. Mereka hanya mampu bergantung pada diri mereka sendiri, jadi apapun pasti akan dilakukan untuk bertahan hidup, meskipun harus menjual jiwa kepada iblis."
"Bagaimana kau bisa berkata begitu, Shaka? Kau yang paling suci dan cinta damai di antara kita semua." Kata Saga terheran.
"Aku sudah melihat Kuil Virgo yang ternodai darah-darah manusia tak berdosa. Aku memang cinta damai, namun apapun yang akan kita hadapi bisa jadi takkan menerima jalan tengah sampai menciptakan lebih banyak kehancuran."
"Kau membuatku takut, Shaka. Kita tidak tahu apa teman kita akan baik-baik saja." Kata Saga sebelum kemudian melihat sesosok bayangan hitam yang melayang di atas mereka dan meneror warga di sebuah pemukiman. Sosok misterius tersebut tampak bergerak seakan tak bernyawa sembari menembakkan anak panah yang menciptakan kawah raksasa di rumah-rumah dan di gedung. Rakyat berdesak-desakan untuk menghindari serangan dahsyat tersebut.
Lantas, Saga mengangkat tangannya tinggi, namun Shaka menepis tangan-tangan itu sebelum membuat kehancuran yang lebih besar dengan Galaxian Explosion.
"Biar aku saja." Shaka kemudian merapal mantra dewa sambil menggerakkan jemarinya, "Tenbu Hourin!"
Sosok bayangan itupun tiba-tiba kaku, tak bergerak, lalu jatuh terjerembab dengan tidak elitnya. Meski jatuhnya tidak dari tempat yang tinggi, tubuhnya yang menghantam tanah membuat kawah dan menciptakan gempa ringan. Saga dan Shaka bergegas menghampirinya untuk melihat lebih dekat sosok yang mereka hadapi. Mata mereka terbelalak melihat sosok lelaki dengan zirah hitam bersayap itu, ternyata adalah orang terdekat mereka.
"Amitabha..." Kata Shaka.
"...Aiolos?" Kata Saga. "Shaka, aku tahu yang kau pikirkan, tapi bukan aku pelakunya!"
"Kata seorang lelaki berkepribadian ganda."
"Grrrrr..."
"Aku bercanda." Shaka tersenyum tipis
"Tidak lucu jika di saat seperti ini!" Bentak Saga.
" Jurus pengendali pikiran itu memang kemampuan yang kita bagi. Tapi jejak yang ditinggalkan lebih kuat dari Cosmo kita semua jika digabungkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Corrupted Judgement(A Saint Seiya/Granblue Fantasy Crossover)
FanfictionSetelah 12 Gold Saint melubangi Dinding Ratapan, tubuh mereka hancur karena tersedot oleh ruang kosong antardimensi yang membatasi Underworld dan Elysion. Namun ketika mereka terbangun, dunia yang mereka temui sudah tidak sama lagi. Libra Dohko adal...