Langit yang mendung mengubah desa dan kota di Phantagrande menjadi tanah penuh duka. Grandcypher menjadi lengang karena anggotanya yang harus pulang ke negeri masing-masing untuk mengantisipasi bencana yang mungkin akan datang. Di dalam sebuah bilik kayu, dengan sebuah sofa dan perabotan sederhana untuk membantu kru Grandcypher mengisi waktu luangnya, duduklah Sandalphon di salah satu sofa beludru merah sembari menyeruput kopinya sementara lelaki yang diakui sebagai Libra Dohko menceritakan kejadian yang diingatnya sebelum sampai pada pertemuan mereka di negeri langit. Manik merah Sandalphon menatapnya sinis, tak puas dengan jawaban yang didengarnya.
"Aku masih belum bisa memercayai ucapanmu. Kau tampak seperti preman." kata Sandalphon sambil meletakkan cangkir kopinya.
"Harus berapa kali aku ceritakan agar kau percaya? Aku tidak ingat apapun! Para Saint sudah disumpah untuk tidak berbohong!" ucap Dohko ketus.
"Dengar, seharusnya aku bisa membunuhmu sekarang, tapi aku sudah bersumpah untuk menjadi malaikat pengganti Lucifer. Jadi, aku hanya akan mengawasi kegiatanmu." Sandalphon mengacungkan jarinya pada Dohko sambil memicingkan matanya.
"Bahkan dalam tidurku?" tanya Dohko.
"Malaikat tidak pernah tidur, Santa Claus." balas Sandalphon dengan nada sinis.
"Oke, pertama, yang benar adalah Saint. Kedua, aku tidak yakin kalau kau malaikat karena tingkahmu seperti setan. Ketiga, berapa teko kopi yang kau minum? Aku melihat kantung mata di wajahmu."
"Kau tidak berhak menanyakan tentang kopi yang kuminum, LUCIO!" Sandalphon keceplosan. Dia tidak seharusnya melampiaskan kemarahannya pada orang lain tentang Lucio. "M-maaf, aku ke toilet sebentar..."
Sandalphon tertunduk malu, kemudian berjalan pergi meninggalkan Dohko sendiri ke toilet untuk memperbaiki diri. Sandalphon sudah berjuang cukup lama dengan para penjelajah langit, namun kemarahannya masih diluar kendali. Mungkin sudah seharusnya dia mengurangi porsi kopi untuk diminum.
Dohko berkedip cepat. Sosok bernama Sandalphon itu ternyata cukup kesal dengan seseorang, namun itu bukan urusannya. Bahkan sampai sekarang, Ia masih telanjang dada sementara udara di luar cukup dingin menusuk ke tulang. Hingga tiba-tiba, Ia mendengar suara yang memanggilnya.
"Dohko, apa Sandalphon masih disana?" kata suara itu.
"Siapa itu? Dimana kau?" Dohko melirik ke kanan dan ke kiri mencari arah suara tersebut, namun tak seorangpun ada di ruangan itu.
"Ini aku, Belial." kata suara itu. "Kita...ada masalah."
"Kau dimana? Aku tidak bisa melihatmu!" Dohko mondar-mandir mencari orang yang berbicara dengannya hingga kemudian berhenti di sebuah cermin besar yang sekilas menampakkan bayangan orang lain. Ia terperanjat hingga jatuh terduduk karena kaget. Dilihatnya lagi bayangan cermin itu, namun yang terlihat hanyalah bayangan dirinya sendiri.
"Di belakangmu."
Lelaki itu kemudian berbalik badan untuk memastikan kondisi tubuhnya baik-baik saja. Tato macan yang biasa menandakan kondisi energi Cosmo di dalam dirinya telah berubah menjadi tato seorang lelaki bersayap kelelawar yang bisa bicara. Ia teringat kembali akan kejadian yang terjadi di celah antardimensi. Sosok itulah yang pernah ditemuinya. Sialnya, Ia juga teringat perjanjian mereka untuk keluar bersama dari celah antardimensi.
"Aku tahu yang kau pikirkan, tapi jika aku menjadi kau, aku akan berpikir dua kali untuk melapor pada Sendal-chan." kata Belial seakan membaca isi pikiran Dohko saat itu.
"Kenapa kau menyebutnya Sendal?" ujar Dohko.
Belial menghela napas, lalu berkata, "Biar aku luruskan. Begitu Sendal-chan melihat aku menempel padamu, sudah pasti dia akan memenggal kepalamu seperti waktu aku memenggal kepala idolanya-Lucifer, terutama dengan zirahmu yang secara teknis telah disita. Kita butuh rencana untuk melepas diri sebelum ketahuan. Dan 'kita', maksudnya aku."
"Kau membunuh SIAPA?"
Seketika kedua mata Dohko berubah menjadi kemerahan dan tangannya langsung membekap mulutnya sendiri.
"Kau sudah berani, ya? Kau tahu jika aku bisa menguasai tubuhmu untuk bermain-main dengan teman-temanmu yang lain? Aku sedang ingin menari untuk mereka." goda Belial. "Di ruang bawah tanah, aku meminta penghuni kapal ini untuk membuatkanku sebuah senjata dan memastikan teman kecilku terawat dengan baik. Entah kau suka atau tidak, kau akan mengambilkannya untukku untuk memisahkan hubungan percintaan kita. Oke, Sayang?"
Dohko mengangguk tanda setuju, lebih karena terpaksa dengan kondisi tubuhnya sedang di luar kendali.
"Manusia pintar. Sebaiknya kau kembali ke kursimu. San-chan akan datang sebentar lagi." Belial kemudian perlahan menghilang, menjadi tato yang tak bergerak maupun berbicara, melepaskan kendalinya pada Dohko. Lelaki bersurai kecoklatan itu segera kembali ke kursinya dan duduk dengan tegang, berharap tatonya tertutupi seluruhnya sebelum Sandalphon datang.
Sementara itu, dari langit yang kelam, para Gold Saint terpisah satu sama lain. Beberapa kilometer dari Grandcypher, sesosok Sagittarius Saint tersadar dari tidurnya. Menemukan dirinya berada di dunia yang berbeda. Sayap kirinya tepat berada di bibir pulau melayang itu. Ia terperanjat, tak menemukan laut di tempat itu. Melainkan hamparan langit biru yang menyimpan banyak misteri di bawahnya. Dari sudut matanya, sosok misterius bertudung hitam bersembunyi di balik pepohonan, mengawasinya.
"Siapa itu?" Kata sang Sagittarius Saint. Ia menoleh ke kanan dan kiri, namun sosok itu menghilang di balik bayangan. Terlintas di pikiran lelaki itu bahwa kejadian ini pernah menimpanya. "Ini tidak lucu, Saga. Kita sudah melewati tiga dimensi dengan skenario yang sama. Keluarlah!"
"Siapa itu... Saga?" Kata suara itu samar-samar.
"Aku tak peduli. Kau pasti akan bersembunyi, lalu diam-diam ingin membunuhku dan mengambil kekuatanku. Sudah tiga skenario yang melibatkan kematianku sebelum ceritanya berjalan." Sang Sagittarius Saint menyiapkan busur dan anak panahnya, mencari sosok misterius tersebut.
"Kau benar, aku memang bersembunyi darimu. Kekuatanmu sangat menggoda iman..." Kata suara misterius dari balik pepohonan. "Tapi, aku takkan membunuhmu."
Susunan batu yang tajam menghujam jantung sang Sagittarius Saint. Aura kegelapan merasuk ke dalam tubuhnya, matanya berubah kemerahan.
"Kau akan menjadi binatang peliharaanku. Sumber kekuatanku, untuk membalaskan dendam pada orang yang mengkhianatiku dan mencuri kekuatan Avatar dariku..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Corrupted Judgement(A Saint Seiya/Granblue Fantasy Crossover)
FanfictionSetelah 12 Gold Saint melubangi Dinding Ratapan, tubuh mereka hancur karena tersedot oleh ruang kosong antardimensi yang membatasi Underworld dan Elysion. Namun ketika mereka terbangun, dunia yang mereka temui sudah tidak sama lagi. Libra Dohko adal...