Duadua

26 1 0
                                    

Puncak dari sebuah keramaian adalah rasa sunyi
Aku merasa tak ada lagi kehidupan dalam keramaian

Pada sebuah pagi aku seakan tenggelam dalam hiruk pikuk kota yang menyebalkan, seakan mati rasa taada yang menyapa dengan wajah-wajah baru yang tak pernah kulihat itu. semenyenangkan itu mereka menjalani pagi. Ada apa dengan hari ku?

Pagi itu aku menggenggam sebuah buku berisi tentang ribuan motivasi yang harusnya membangunkan diri tapi keramaian benar-benar menenggalamkan seisi hati.

Mereka saling melemparkan senyum pagi itu, seharusnya aku mampu berbuat demikian lalu dimana wajah berseri ku pagi itu? Benar-benar menghilang, benar-benar tak ku temukan.

Para pengamen-pengamen itu bernyanyi sambil memainkan gitarnya, gitar tua yang dipegangnya sebagai satu-satunya alat untuk menghidupinya, penjual madu yang berpakaian seperti datang dari pedalaman dengan baju lusuh nya menawarkan madu nya pada orang-orang yang berlalu lalang di depan nya pagi itu.

Orang-orang militan dengan wajah kusut akibat kekurangan tidur bersiap diri untuk kembali menjalani runitinas yang melelahkan dan menghabiskan waktunya.

Lalu ada apa dengan hari ku?
Apa yang aku lakukan hari ini?
Mengapa begitu terasa sunyi padahal jalan raya begitu berisik, aku benar-benar ditelan oleh kegelapan yang mengalahkan terangnya siang.

Hari itu hari dimana aku seharusnya mampu tersenyum penuh kasih, sebab matahari menyinari tubuh begitu indah dan membuat hangat. Namun ingar bingar itu malah membuatku sakit kepala.

Pecah, akhirnya aku menangis! Ntah apa yang aku tangisi, aku menangis terseguk-seguk bahkan ditengah keramaian aku malah menangis, tumpukan-tumpukan pikiran yang terus menggerayangi otak begitu menekan jiwa.

Aku ingin, aku ingin tangisan ini jatuh dibahumu.
Aku ingin mendekap, mendengar detak jantung itu lagi
Aku ingin kata menyerah terhapus di dunia ini
Aku ingin, aku ingin bersamamu pada kesejatian bersama irama-irama dan nada hidup yang sendu
Bersama Angin yang menyetujui pengantar bahagia
Pohon-pohon yang menyejukan dua jiwa
Akan ku siapkan satu cangkir teh saat malam datang
Tapi tolong siapkan pundak itu untukku bersandar
Telingaku yang siap mendengar ceritamu
Tanganku siap menggenggam untuk menguatkan mu
Rangkul aku dalam sedihmu.
Aku akan tersenyum, aku akan tersenyum bahkan saat kamu menceritakan sosok nya di depanku

Ada apa dengan hariku?
Mengingatmu membuat hariku begitu kelabu
Aku sadar puncak dari keramaian adalah rasa sunyi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bincang SilviTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang