5. siapa mereka?

14.8K 960 58
                                    

-----------------------------------

Suster geleng-geleng kepla ngelihat Tiur yang malu. "Sudah semua tenang. Ressek, Hari sudah semangkin malam, kalau kamu gak memimpin doa maka semua teman-temanmu tidak ada yang boleh naik ke kamarnya masing-masing. Itu sudah menjadi bagian dari peraturan asrama, pukul 10malam waktunya doa sebelum tidur. Dan setiap hari bergantian yang mimpin."

Gue cuma diam denger ancaman halus tersebut. Perlahan bisik-bisik bernada kesal mulai terdengar keras. Bahkan susterpun ikut disindir,namun suster cuma diam, tenang nunggu gue berdiri.

Behubung dengusan anak-anak SMP yang manja terdengar akhirnya gue nyerah. Sudah malam juga, dan emang gak ada pilihan trakir kayaknya. Akhirnya gue berdiri, berjalan dan berdiri tepat di depan bagian tengah. Tangan gue berlipat, dan kepala gue menunduk ke bawah. "Oke, Mari kita bersatu dalam doa" kata gue dengan suara sedikit keras agar 45 atau 50 penghuni asrama dapat dengar semua.

"Dalam nama Bapa, Putra dan Rohkudus. Amin, TUHAN YANG BERTAHTA DALAM KERAJAAN SORGA. ENGKAU TAU ISI HATI KAMI. AMIIIIN. Dalam nama Bapa, Putra dan Rohkudus. Amin"

Gue ngangkat kepala gue dan tersenyum lebar ke orang-orang terlihat gak percaya dengan isi doa gue yang super singkat. Cuma yang mirip Mikha Tambayong itu mengelum senyum ke arah gue.

"That's it.? Tuhan engkau tau isi hati kamu, sudah hanya itu?" tanya kak Roma tidak percaya.

"He'em" gue mengangguk dan tersenyum menjengkelkan. "Tuhan tau isi hati kita kan suster? Jadi gak perlu kita sebutin lagi bukan?"

Suster seperti menghembuskan nafas sabar, akhirnya dia mengangguk pelan. "Oke, sekarang boleh naik dan tidur." Jawab suster akhirnya. "Oh tunggu.. buat yang beraga muslim, di hari berikutnya gak perlu ikut doa sebelum tidur."

Banyak yang langsung berdiri dan berjalan ke arah tangga untuk naik. Ada beberapa yang masih di bangkunya, mungkin ngurus keperluan sekolah. Saat menaiki tangga ke lantai atas, langkah gue sedikit pelan karena rame. Di semua suara yang saling ngobrol atau bercanda gue denger ada sahutan memanggil abang. Gue tetap menaiki tangga pelan tapi menoleh ke belakang. "Iya Tiur?" tanya gue karna pasti dia yang dia panggil abang itu adalah gue.

"Kok kayak Tai sih kau bang?"

Haaa??? Bruuugh...

Suara orang ketawa serempak terdengar lagi. Sangkin kagetnya dengan makian aneh si Tiur kaki gue kepeleset dan menimpa badan orang yang ada di depan gue.

"Kak Tiuuuuuurrr hahaha kok ngomong gitu sih" Entah suara siapa itu, gue gak kenal.

Orang yang gue timpa mendorong badan gue dan noleh ke belakang. Sangkin kagetnya ngeliat ternyata dia si cewe horor yang semangkin horor karena darah di bibirnya,gue hampir terjungkal kebelakang kalau aja gak ada si Enjel di belakang gue. "So so sorry" jawab gue takut ke cewe roror.

Dia mendengus dan memutar matanya kesal. Bangkit berdiri dengan menepis kasar tangan yang mau bantu dia. Kemudian dia pergi melanjutkan menaiki anak tangga. "Kakak gak papa.?" Tanya si Enjel. Gue gak jawab, mata gue lebih gencar mencari badan badak si Tiur tapi gak keliatan dia ngacir kemana.

Akhirnya gue masuk kamar dan mengempaskan badan gue ke spring bed lembut. Mata gue mengerjab menatap langit-langit kamar. Ckck si Tiur itu datang dari pelanet mana sih.? Ternyata dia dendam karna gue kaduin pantantnya ke suster. Dan apa tadi? Baru pertama kali gue dapat makian seperti itu. "Kok kayak Tai sih kau bang?" BHAHAHAHA

~~~~********~~~~

Hari Pertama sekolah.

Telpon dari Mbak Niki banggunin gue pukul 6:30. Karena kamar mandi memang ada di lantai bawah, akhirnya gue turun kebawah dengan menenteng seragam dan pralatan mandi yang sudah di sediakan lengkap sama Mbak Niki dari Jakarta. Gue masih nunduk dan malas nyapa semua orang. Kecuali yang cantik baru mata ini jelalatan.

The Story of Us ( lesbian )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang