Overview : 1000 Kata Pertama

112 6 3
                                    

1000 Kata Pertama (Big No For Let It Flow)

Desember 2019, dipenghujung tahun ini baru kusadari bahwa tahun mendatang usiaku menginjak 23 tahun. Ga kerasa, serius deh. Waktu berjalan begitu cepat bak kedipan mata yang tidak pernah aku perhitungkan. Sepertinya baru kemarin aku belajar mengayuh dan menaiki sepeda kecilku, namun sekarang si bocah kemarin sore itu telah memasuki fase dimana dia dihadapkan dalam beberapa pilihan yang mungkin akan memepengaruhi hidupnya kelak. Who knows..

Mungkin dulu semasa kanak-kanak, memilih tempat untuk bermain layang-layang tak akan sesulit memilih tempat dimana dirimu akan ditempa pada masa sekarang. Memang perubahan akan selalu terjadi. Dan tak ada yang mudah disetiap perubahan yang akan kita lalui nantinya. Kondisi tidak nyaman dan pikiran "Ah enakan jadi anak kecil" akan kita temui dalam fase dimana kita harus berada di ujung perubahan. Perubahan diri kita.

Sadar ga sih kalau perubahan itu ada untuk siapa? Apakah untuk orang lain? Apa untuk orang yang kita cintai? Atau mungkin untuk orang tua kita masing-masing? Hmm menurutku penyebab suatu perubahan itu terjadi tidaklah penting. Namun, aku yakin nilai yang bisa kita ambil dari setiap pelajaran hidup yang telah kita dapatkan selama ini adalah hal yang terpenting. Tentang bagaimana cara kita melihat kupu-kupu yang bermetamorfosis dari ulat menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu nan elok, tentang bagaimana persepsi kita terhadap perubahan secerca cahaya lilin yang dapat bersinar dan menggantikan peran bola lampu disaat listrik sedang padam. Bahkan tentang bagaimana cara kita menelaah cahaya matahari yang dibiaskan oleh air hujan menjadi kumpulan spektrum warna nan indah, dimana kita sering menyebutnya dengan nama "Pelangi".

Layaknya seekor kupu-kupu, tanpa kita sadari metamorfosis akan terjadi dalam hidup kita. Dari seorang anak kecil yang merengek minta uang jajan, menjadi seorang insan yang mandiri, sendiri menghadapi dunia ini. Tapi tenanglah kawan, jangan pernah beranggapan bahwa kau hanya seorang diri dalam hidup ini. Tengoklah sesekali ke kanan dan kirimu, ke depan bahkan coba tengok kebelakang. Disitu terdapat sepasang telinga yang bersedia mendengar keluh kesahmu, sepasang mata yang akan melihatmu tegar, jemari yang akan menepuk pundakmu seraya bibir yang berkata "Ayo semangat! Dikit lagi nih.. Tahan! Kamu pasti bisa!".

Yakinlah bahwa kau tidak sendiri, yakinlah bahwa kau bisa melewati fase metamorfosis ini, dan yakinlah bahwa akan ada pelangi yang menanti diujung jalan sana. Mungkin gelap yang kau rasakan sekarang, mungkin sepi yang kau takutkan sekarang, dan mungkin sendiri yang ada dibenakmu sekarang. Tapi raihlah lilin yang ada di dekatmu, gunakanlah api untuk membuat lilin itu menyala. Jangan remehkan cahaya kecil itu, karena api dari lilin itu yang akan menemanimu dalam gelap, melintasi lika-liku lorong waktu yang ada di depanmu demi sebuah pelangi yang kau harapkan esok hari kelak.

Mungkin saat kita sedang berjalan menapaki lorong waktu, kita akan bertemu dengan sebuah pintu. Dimana pintu itu adalah pintu yang tidak pernah kita jumpai sebelumnya. Bukalah pintu itu! Cari kuncinya! Mungkin ada di saku celanamu atau mungkin kau malah sedang mengenggamnya. Bukalah! Bukalah pintu perubahanmu! Apabila engkau tidak mau membuka pintu itu maka lorong waktu akan berhenti disitu saja. So what are you waiting for? Berlarilah ke depan! Buka pintu itu sesegera mungkin. Sadarlah bahwa perjalananmu masih teramat panjang. Didepan sana tersisa pintu-pintu lain yang belum kau buka untuk membuatmu dapat melihat bagaimana bentuk pelangi yang kau impikan sebelumnya.

Kebanyakan orang sering bertanya tentang kunci. Ya, semisal "Apa kunci kesuksesan?" atau "Bagaimana kunci kebebasan yang sesungguhnya?". Tidak, kau tidak bisa menanyakan hal itu kepada orang lain karena setiap orang memiliki pintunya masing-masing, setiap orang memegang kuncinya masing-masing. Sadarlah bahwa kunci yang kau harapkan dari orang lain bukan sebuah jaminan untuk membuka pintumu. Mungkin kunci mereka bisa membuka pintu kesuksesan mereka, namun belum tentu dengan pintumu. Temukan kuncimu! Belajarlah! Maknai arti hidup ini dan pahami setiap setitik perubahan yang sedang kau rasakan.

Pepatah tua sering mengatakan bahwa jalani hidup ini secara let it flow, let it flow like the river. No! big no! Aku tidak sepenuhnya sependapat dengan pepatah ini. Mungkin maksudnya benar, mengutarakan bahwa dalam menjalani hidup ini kita diharuskan seperti aliran sungai yang mengalir mengikuti arus dan menyusuri sungai nan berkelok itu dari hulu ke hilir. Namun sekejap aku berfikir, kalau kita hanya diharuskan untuk mengalir mengikuti arus, apa bedanya kita dengan sampah yang mengambang di sungai? Ngalir aja gitu? Jangan dong.. Please jangan. Arungilah sungaimu, lewatilah setiap belokan, namun naikilah perahu.

Ya, perahu. Bayangkan apabila kau sedang menaiki sebuah perahu dimana yang menjadi nahkodanya adalah dirimu sendiri. Bukankah kau akan lebih cepat mencapai muara sungai? Bukankah kau akan merasa lebih aman? Bukankah kau bisa sembari melempar kail pancingmu? Aku tau memang kau tidak bisa mendapatkan perahu secara instan. Dikit demi sedikit rakitlah perahumu, gunakan ilmu yang telah kalu pelajari dari setiap perubahan dalam hidupmu, gunakan kunci terakhirmu untuk membuka pintu yang nantinya kau pasang pada perahumu. Apabila kau sudah menaikinya, atur kemudi perahumu menuju sebuah muara.

Muara adalah garis terakhir dari sebuah sungai. Muara adalah batas yang menjadi tempat antara air laut bertemu dengan air tawar. Payau, itulah payau. Tempat dimana aku sekarang berada. Mungkin terdapat banyak buaya disini, sedangkan aku hanya bocah kemarin sore yang sedang berada diatas sebuah perahu. Harus kemana kah aku sekarang? Apakah aku harus melanjutkan perjalanan menuju samudera? Atau aku akan menyerah dengan ketakutan?

Anggaplah bahwa kegelapan dan lilin yang kau pakai tadi berada di suatu tempat, tempat itu adalah tempatmu dibesarkan. Anggaplah bahwa sungai yang berlika-liku tersebut adalah tempat, tempat dimana kau berkembang. Dan lihatlah ke depan, disana membentang samudera nan membiru luas, itu adalah tempatmu untuk berkarya.

Ayo sedikit lagi kau bisa! Kalahkan buaya itu! Masa kau kalah hanya dengan buaya? Tak ingatkah perjuanganmu untuk lari dari kegelapan tadi? Tak ingatkah kau akan sungai panjang yang telah kau arungi? Yang kau butuhkan sekarang hanyalah mencari cara untuk mengalahkan buaya. Coba kembali tengok kanan kirimu, apakah disana ada benda yang bisa kau pakai untuk menjadi senjatamu?

Beruntungnya aku menemukan alat pancingku. Namun bagaimana aku bisa mengalahkan sekelompok buaya? Waktu semakin mengejarku, buaya semakin mendekatiku, aku hanya sendirian diatas perahu yang tidak cukup besar. Aku harus bagaimana? Apa yang bisa aku gunakan dari pancing ini untuk mengalahkan buaya?

1000 Kata Kehidupan (A Brief History of Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang