Prolog

340 23 6
                                    

Terkadang ego bisa menghancurkan
segalanya.

Dan mereka yang tak tau apa-apa akan merasakan dampaknya.

Merasakan yang tidak seharusnya mereka rasakan.

Rasa dimana semua kesakitan menjadi satu. Rasa sakit yang begitu nyata.

"Mas... aku enggak mau kita pisah kasian anak-anak, mereka masih kecil" Kinara masih berusaha membujuk Wijaya—suaminya agar mereka tidak bercerai, bagaimana nasib anak-anaknya nanti jika hal itu sampai terjadi. Tidak. Dia tidak akan membiarkan hal tersebut menimpa keluarganya.

"Ra..aku udah enggak bisa lanjutin pernikahan ini, tolong kamu juga ngertiin aku untuk anak-anak kamu enggak usah khawatir kita berdua masih orang tuanya. Aku jamin kasih sayang mereka enggak akan berkurang meskipun kita udah pisah" jawab Wijaya tak mau kalah dengan Kinara, egois memang namun cinta yang dipaksakan jugak tidak akan berakhir baik bukan.

"Tap—"

"Cukup! Aku capek sama semua ini, aku udah enggak bisa lagi ngejalanin hubunga pernikahan sama kamu dan keputusan aku sudah bulat, soal hak asuh anak biar pengadilan yang memutuskan" ucapnya tegas tak ingin di bantah.

Marah, sedih dan kecewa semua rasa itu menjadi satu, pupus sudah harapannya keluarga yang ia bangun bertahun-tahun dengan Wijaya harus hancur berantakan. Kinara tak mengerti apa yang membuat Wijaya begitu bersikeras ingin beecerai dengannya. Seingatnya selama ini tak pernah ada masalah apa-apa antara dirinya dan juga Wijaya, namun kali ini masalah besar itu datang layaknya badai topan di hari yang sangat cerah.

"Mas... kamu berubah" runtuh sudah pertahanannya, Kinara berusah mati-matian menahan agar air matanya tak jatuh.

Hening. Wijaya tak menjawab, dia hanya diam melihat Kinara yang meneteskan air mata tanpa mengeluarkan isakan, hatinya seolah sudah mati tak ada lagi rasa cinta dan tatapan kasih sayang. Semua hilang, rasa itu sudah hilang.

"Oke kalok itu mau kamu mas aku yang bawak Sava dan kamu yang urus Raka. Semoga keputusan kamu nggak salah ya mas" jawabnya retoris "Kamu aja yang urus semua perceraian kita, aku enggak mau ikut campur lagi. Dan... satu hal lagi setelah aku keluar dari rumah ini jangan harap kamu bisa ketemu aku atau sama Sava lagi, aku enggak akan biarkan hal itu terjadi" kecewa itulah yang membuat Kinara mengambil keputusan yang begitu berat, jujur saja dalam hatinya ia tak tega harus memisahkan dua kakak beradik itu tapi apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur tak akan bisa diuabah.

'Kamu udah buat aku sakit hati Wijaya, mulai saat ini aku akan melupakan semua tentang kamu, aku akan berusaha walau itu sulit'

Malam itu menjadi malam paling kelabu di keluarga Natawijaya. Tak ada lagi canda tawa bahagia dalam rumah itu dan digantikan oleh kesunyian dan kepedihan. Yang meninggalkan sebuah luka dan kekecewaan yang mendalam.


🌿

Holllaaa.
Gimana ceritanya bagus? Jangan tegang-tegang bacanya wkwkw. Dari pada tegang mending kenalan dulu kuyy...
aku Jenis Ambarwati, biasanya dipanggil Jejen. Orang-orang sih banyak yang bilang aku ini cocok jadi kembarannya mbak Jenie BlackPink. Tapiii boong :p

Btw, ini cerita pertamaku diwattpad loh, semoga kalian suka ya. Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan jejak 🐾 tak apalah walau hanya sebesar titik, setidaknya aku tau bahwa kalian itu ada eaaakk 😂

Kuy yang mau fallaw aku di Instagram, yang nggak mau fallaw jugak nggak papa nggak di denda kok :D, tapi dari pada nantik stalking" mending fallaw aja wkwkw cusss  @suuun_flowerr

Take My HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang