Chapter 1

11 2 1
                                    

Gadis itu melangkahkan kakinya menuju sebuah tempat yang nantinya menjadi tempatnya menimba ilmu. Dengan perasaan campur aduk dia terus menatap gerbang yang berada di depannya "SMAN 28 Subang" apakah pilihanku benar? Ucapnya dalam hati.

Gadis itu menghela nafas sembari menutup matanya menikmati setiap hembusan angin yang masuk kedalam kulitnya. Taklama sebuah tangan yang menyentuh pundaknya membuat dia mengerjap "hei ngelamun jangan di tengah jalan dong" Ucap nya. Lalu Gadis itu menoleh ke arahnya "eh Fanni, kamu lanjut sekolah disini juga?" Yang ditanya malah bertanya balik
"Yoi, yaudah yuk masuk nanti telat ikutan upacara pembukaan" Fanni menarik tangan Gadis itu dengan kasar dan saat melihat gadis yang di tarik tangannya dia hanya terkekeh.

Di sela sela berbaris dalam upacara mereka sedikit mengobrol dengan suara pelan.
"Eh Li kok kamu lanjut kesini sih" Tanya Fanni penasaran.
"Hmm gatau juga Fan, aku juga aneh kenapa aku bisa ada disini".
"Sumpah Li sayang banget, kenapa kamu gak ke SMAN 8 SUBANG kamu kan pinter" Ucap Fanni dengan raut wajah yang semakin penasaran. Di Kota kami SMAN 8 adalah sekolah favorit dan banyak diminati.
"Aku sebenarnya diterima di 3 Sekolah negeri, tapi gatau kenapa aku malah pilih kesini" Jawab Thalia dengan sedikit tidak bersemangat
"Beneran? Sekolah mana saja?"
"sman 8, sman 2, sama ini sman 28"
"Gilee kalo aku jadi kamu ya li, so pasti aku bakalan ambil sman 8"
"Haha iya sayangnya aku bukan kamu fan"

Saat balon sudah dilepaskan ke udara semua bertepuk tangan tanda upacara pembukaan Masa Orientasi Siswa (MOS) telah resmi dibuka. Maka selanjutnya selama beberapa hari kedepan Thalia harus mengikuti kegiatan yang diadakan oleh sekolah barunya.

"Pengumuman pengumuman" Ucap protokol di depan.
Selanjutnya siswa siswi diberi sedikit pengarahan oleh Ibu Lina selaku Wakasek Kesiswaan  mengenai kegiatan 3 hari kedepan "baik jika tidak ada yang ditanyakan lagi saya anggap sudah jelas dan setelah saya bubarkan silahkan mencari ruangan masing-masing, hanya ada 7 ruangan yang dipakai yang disebelah barat sampai timur saya" Tangannya menunjuk setiap ruangan yang di tuju.

Kemudian terlihat orang orang berpencar mencari ruangannya, sedangkan Thalia dan Fanni mereka tetap bersama mencari nama mereka
"Li kita mulai dari sebelah timur ya dari ruang 7" Lia mengangguk tanda setuju lalu mereka mulai mencari. Sudah 3 ruangan Thalia belum juga mendapatkan namanya sedangkan Fanni sudah mendapatkan ruangan di ruang 5, namun Thalia tidak patah semangat dia terus mencari dengan sabar.

Sesampainya di ruang 3 dia mencari setiap nama demi nama dari urutan paling bawah "12. Genta Dimanta Irzani" Spontan Thalia berkali kali mengedipkan matanya, takutnya dia berhalusinasi, namun realita tetaplah realita nama itu tidak berubah "Loh kok bisa" Ucapnya dalam hati. Thalia berusaha menghiraukan nama itu dan fokus mencari namanya dan beberapa detik kemudian dia mendapati namanya "01. Agatha Thalia Sarasvati". Kali ini Thalia benar-benar tidak bisa tenang dan menghiraukan nama itu " Tuhan kenapa harus satu gugus lagi.." Gerutunya dalam hati.

⚡⚡⚡
"01. Agatha Thalia Sarasvati" Setelah melihat nama itu Genta dibikin terkejut "Bukannya Lia sekolah di Smanda" Ucapnya dalam hati.
Tangannya tidak bergeming, masih saja menunjuk sebuah kertas yang ditempel di jendela ruangan. Dengan tubuh yang tinggi dia dengan mudah bisa melihat keseluruhan nama dan gampang untuk berdesak-desakan dengan yang lain. Disela dia sedang berdesakkan Genta menyebutkan dengan sedikit keras nama itu "Thalia?"
Dan perempuan yang sedang berdesakan dan berada tepat di depan kertas itu pun menoleh kebelakang ketika namanya disebut. Ketika menoleh dia mendapati laki-laki yang kini sedang dia hindari tepat berada di depan mukanya. Tangannya seperti menompang ke jendela dan tubuhnya condong kedepan. Ketika menoleh Laki-laki itu terlihat seperti tidak percaya bahwa dihadapannya ini adalah teman dekatnya, ralat Thalia adalah sahabat Genta.

Sorot mata keduanya saling beradu dan menyiratkan banyak pertanyaan dalam pikiran mereka berdua. Tiga detik saling bertatapan tak sengaja ada tangan yang mendorong punggung Genta hingga menyisakan jarak wajahnya hanya beberapa senti dengan Thalia. Thalia mengerjap lalu tangan mungilnya mendorong bahu laki-laki yang ada dihadapannya ini.

Never Gett'inTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang