Bagian 1 : Prolog

158 22 4
                                    

Pagi ini kelas Xll IPA 4 sedang pengambilan nilai yang sering disebut ulangan harian.

Sauna, salah satu murid yang duduk di kelas itupun sedang memegang kepala sangking pusing-pusingnya melihat lembar soal UH Matematika itu.

"Waktu sudah habis, taruh pulpen di atas meja! Jangan ada di antara kalian yang masih mengisi lembar jawabannya!" perintah guru itu, lalu dirinya berkeliling untuk mengambil lembar soal beserta jawaban di tiap-tiap meja.

Sedangkan Sauna, gadis itu sudah gelisah. Bagaimana tidak? Lembaran soalnya sama sekali belum di jawab, dirinya benar-benar tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru perempuan tersebut. Bukan hanya dirinya saja, kedua sahabatnya pun tidak menjawab satupun soal yang ada.

Guru itu melangkah menuju mejanya sambil menyusun tumpukan kertas, "Mungkin cukup sampai di sini dulu pertemuan kita pada hari ini, ibu akhiri wassalamu'alaikum warahmatullahi wabbarakatu."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabbarakatu, Bu!" seru semua siswa/i kegirangan, terkecuali Sauna dan teman-temannya yang merasa tidak tenang. Karena hanya lembar jawaban dirinyalah yang kosong melompong.

....

"Gana!" Terdengar sebuah panggilan dari arah belakangnya, membuat sang empu nama menoleh untuk ke belakang.

"Apaan?!" tanyanya sinis.

Dirinya sangat kesal saat mengetahui bahwa Sauna-lah yang memanggilnya.

"Eng-eng-engga kok Ga, aku cuma mau kasih ini," jawab Sauna dengan terbata-bata sambil menyodorkan coklat yang ada di genggamannya.

"Lo itu apaan sih, Sau?! Perlu berapa kali gue bilang sama lo kalau gue gak suka sama lo! Lo itu cupu, dan bukan cewek idaman gue banget! Cewek idaman gue itu kaya Kak Mariska tuh, dia cantik dan selalu juara umum. Bukan kaya lo yang nilainya selalu paling kecil dan tampilan lo yang kumuh gini! Jadi stop ganggu gua!" jelas Gana dengan suara meninggi.

Malu! Saat ini yang dirasakan Sauna adalah rasa malu. Dirinya baru saja dihina oleh orang yang benar-benar dia sukai, dan barusan orang itu menorehkan luka di hatinya. Bagaimana tidak? Gana mempermalukannya di koridor sekolah, di mana tempat yang tidak pernah sepi akan siswa/i.

....

"Ada saat di mana kita lelah untuk mencintai seseorang, dan saat ini aku sedang merasakan itu. Aku lelah mencintai seseorang yang sama sekali tidak mencintaiku, malah aku mencintai seseorang yang selalu menyakiti hati. Lantas kini aku merasa lelah karena mencintai seseorang yang salah."

-Adiba Sauna Maurani-

SAUNAGA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang