12-ending

47 4 0
                                    

Selama hidupnya, Jimin tidak pernah berlari sekencang ini. Dia langsung pergi ke bandara tanpa memikirkan apa-apa lagi.

"Nari masih mencintaimu. Tapi aku tahu dia tidak bisa bilang itu padamu. Setiap hari Nari selalu mengkhawatirkanmu. Dia takut kau kelelahan, dia tidak ingin kau terlalu banyak bekerja dan stress. Dia selalu memikirkanmu setiap hari."

Kata-kata Taehyung masih teringat di kepala Jimin, walau sekarang dia tengah berlari kencang diantara salju-salju yang berjatuhan semakin lebat.

"Nari itu gadis yang baik. Aku ingin melihat dia tersenyum. Tapi ketika Nari memendam perasaannya sendiri, dia jadi sering termenung. Aku tak ingin melihat Nari-ku seperti itu."

Masih terasa degupan yang luar biasa di dada Jimin ketika mendengar kalimat itu. Rasanya bahagia sekali sampai ingin terbang. Jimin sama sekali tidak menyangka akan hal itu.

"Siang ini dia akan berangkat ke Thailand bersama keluarganya untuk pindah. Nari juga akan melanjutkan kuliah dan hidup di sana. Apa kau tidak tahu tentang itu?"

Jimin panik ketika mendengar hal tersebut.

"Cepat susul dia ke bandara, atau kau mungkin tidak akan melihatnya lagi karena pesawatnya satu jam lagi akan berangkat."

Belum pernah dalam hidupnya, Jimin merasakan panik dan bahagia secara bersamaan. Dia langsung pergi waktu tahu bahwa pesawat Nari akan lepas landas satu jam lagi.

Sekarang Jimin sudah tiba di Bandara. Dia langsung mengecek jadwal keberangkatan ke Thailand. Jimin ingin menelepon Nari, tapi dia baru sadar bahwa dirinya tidak memiliki kontak gadis itu.

Jimin benar-benar frustasi. Dia tidak ingin kehilangan Nari untuk yang kedua kalinya. Matanya terus mencari kira-kira dimana Nari berada.

"Permisi, apa keberangkatan Seoul-Thailand jam 2 siang sudah berangkat?" dia bertanya pada salah seorang petugas bandara.

"Oh, pesawatnya sudah berangkat 5 menit yang lalu." Jawab petugas tersebut.

Lutut Jimin melemas seketika. Napasnya sudah tidak bisa diatur lagi. Rasanya sangat sesak ketika terlalu memaksakan berlari. Jimin tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Rasanya mustahil menyusul Nari ke Thailand, sedangkan di sini Jimin masih memiliki banyak sekali hutang yang harus dilunasi.

Dia tidak siap memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk selanjutnya. Jimin ingin mengungkapkan semuanya. Jimin ingin jujur pada Nari. Dia sangat ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya karena telah melakukan kesalahan fatal waktu itu.

"Nari..." dengan lemas, Jimin terduduk di salah satu bangku tunggu di Bandara. Dia mengacak-ngacak rambutnya sendiri. Andai dia datang lebih cepat, pasti dia masih bisa bertemu dengan Nari.

***

Setelah satu jam lebih, akhirnya Jimin memutuskan untuk pulang. Dia berjalan dengan lemas, dan tanpa tenaga.

"Jimin," Seseorang memanggilnya. Jimin berhenti untuk melihat orang yang menyebutkan namanya.

"Na—Nari?"

"Apa yang kau lakukan di—"

Ucapan Nari terhenti ketika tiba-tiba Jimin langsung berlari kearahnya dan memeluknya dengan sangat erat.

Nari sangat kaget. Jantungnya seperti mau copot ketika Jimin dengan tiba-tiba memeluknya.

"Aku pikir aku tidak akan bertemu denganmu." Bisik Jimin.

Unforgettable Ex | Jimin BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang