"Mama suka sama langit malam gak?" tanya seorang gadis disertai dengan senyum manis nya.
"Suka bangett, makanya mama namain kamu Bulan, biar kamu sama indahnya kaya langit malam." jawab sang Mama yang tak kalah manis dari sang anak.
"Berarti namaku Bulan itu karena Mama suka sama cahaya Bulan?" gadis yang diketahui bahwa namanya adalah Bulan itu mulai bertanya lagi.
"Bukan cuma suka, Bulan itu cantikkkkk bangett kalo lagi munculin sinarnya. Jadi, mama pingin kamu selalu bersinar di manapun kamu berada ya, nak." sang Mama menciumi dahi Bulan, menunjukkan rasa sayangnya pada anak tunggalnya.
"Siap mama!"
Namanya Bulan, gadis cantik, pintar, galak, periang. Gadis yang saat bersama teman-temannya bersikap dewasa, saat bersama Mama nya bersikap seperti bayi yangmanja.
Bulan adalah gadis yang istimewa menurut Mamanya, oh tidak, bukan hanya menurut Mamanya. Dia istimewa menurut semua orang.
Bulan adalah seorang pelajar kelas 2 SMA. Jangan salah, Bulan sudah memiliki pacar, Dargas namanya. Dargas menyayangi Bulan layaknya adeknya.
Dargas kelas 3 SMA dan merupakan kakak kelas dari Bulan. Mereka sudah 3 bulan bersama. Tidak pernah ada pertengkaran antara mereka, kecuali pertengkaran karena hal sepele.
Tetapi, tidak semua senyuman Bulan menunjukkan bahwa Ia sedang bahagia. Senyuman Bulan ini tidak dapat diartikan. Hanya mamanya yang bisa menebak, apakah Bulan sedang bersedih atau bahagia.
Bisa dibilang Bulan sangat dekat dengan mamanya, bagaikan sahabat sendiri. Ia tidak dekat dengan papanya, tapi tetap saja Bulan bersyukur mempunyai kedua orang tua yang lengkap dan menyayanginya.
Terkadang Bulan berpikir, apakah nama miliknya itu bagus? Apakah norak? Apakah nama miliknya itu terlihat kampungan? Kenapa aneh sekali, bisa dinamai 'BULAN'.
Sampai detik ini pun Bulan masih memikirkan tentang hal itu. Tetapi, Bulan menarik semua pikirannya kembali. Dan akhirnya Bulan mendapatkan jawaban, bahwa namanya didapatkan dari sang Mama tersayang, namanya didapatkan dari indahnya cahaya Bulan. Yang berarti, Bulan harus selalu bersinar dimanapun Ia berada.
Bersinar, dalam arti, Ia bisa menjadi anak yang berguna bagi semua orang, menjadi anak yang berbakti, selalu ceria, dan tak pernah bersedih.
Mungkin itu semua sudah ada pada diri Bulan, namun hanya satu kelemahan Bulan. Saat Ia mendengar suara sirine dari ambulance, Bulan akan merasa semua disekelilingnya menjadi berputar, hanya terbayang masa lampau diotaknya, bisa dibilang phobia. Saat dimana satu-satunya kakak kandung perempuan tersayang nya, Grissa, pergi untuk selamanya didepan matanya.
Ya, Bulan memiliki kakak, mereka hanya terpaut usia jarak 2 tahun saja. Grissa meninggal saat Ia menduduki bangku kelas 3 SMP dan Bulan menduduki bangku kelas 1 SMP.
Di depan mata hitam nan berkilau itu, mata yang indah yang dimiliki Bulan. Ia melihat kakaknya terlindas oleh mobil di jalanan ramai pada saat Grissa akan membelikan Bulan sebuah makanan diseberang jalan.
Bulan selamat, karena Ia memang di perintahkan kakaknya untuk tetap menunggu ditempat itu. Sampai sekarang pun Bulan masih merasa bersalah.
Kejadian itu masih terngiang-ngiang dipikirannya. Tentu saja tidak bisa begitu saja hilang dari otak Bulan. Secara, Grissa adalah kakak terbaik dari yang baik-baik, kata Bulan.
Setiap ada orang membahas tentang kakaknya, Ia malah ada niatan untuk membunuh dirinya sendiri, tapi setelah itu Ia sadar apa yang akan dilakukannya salah.
Saat bulan bertemu dengan bintang, mereka akan memancarkan cahayanya bersama, namun siapakah bintang itu? Akankah bintang itu bisa bersama bulan selamanya?

KAMU SEDANG MEMBACA
BULAN-[HIATUS]
Любовные романы"Kak, kamu pernah lihat bulan yang palinggg indah gak?" "Pernah." "Kapan? Dimana? Sama siapa?" "Ssstt, gak ada bulan yang palinggg indah lagi selain kamu." "Ihhh kakakkkk."