SATU : Keesya Adelyn Pramana

21 3 0
                                    

Keesya mengerjapkan mata ketika cahaya mentari menerangi tepat diwajahnya.

“Kee, ayo bangun. Hari pertama masuk sekolah loh, gak boleh telat,” ucap Jelita, yang tak lain adalah Mama Keesya.

“Iya ma.” Ucap Keesya malas.

Keesya segera menuju kamar mandi, dengan susah payah melawan rasa kantuknya. Setelah selesai mandi, Keesya segera memakai seragamnya dan menuju lantai bawah untuk sarapan bersama keluarganya.

“Pagi Papa, Mama, dan Kakakku yang ganteng,”

“Pagi sayang,” balas Papa dan Mama.

“Pagi adikku yang buruk rupa,” balas Kakak Keesya, sembari tertawa.

“Awas aja lu Kak.” Ucap Keesya sembari mengejek Deva.

Mereka melanjutkan sarapan tanpa ada yang berbicara. Setelah sarapan Keeysa dan Deva pamit untuk pergi menuju sekolah. Sekolah Keeysa memang sama dengan Kakakknya. Orangtua mereka sengaja menyekolahkan Keesya dan Deva disekolah yang sama, agar Deva bisa menjaga Keesya disekolah, umur mereka pun hanya terpaut 2 tahun. Deva kelas 12 dan Keesya kelas 10.

Hari pertama sekolah, Keesya menuju ruang guru untuk bertemu wali kelasnya, Bu Wilda Evania. Kakaknya, Deva gak mau anterin Keesya keruang guru. Alhasil, Keesya sendirian keruang guru.

“Selamat pagi Bu, saya Keesya,”

“Oh, kamu anaknya Bapak Ryan kan?”
“Kelasmu ada di 10 IPA 1 dilantai 2.” Ucap Bu Wilda.

“Iya bu,”
“Kenapa gak dianter aja sih, kan gue gaktau tempatnya, apa lagi disekolah sini gak ada yang gue kenal, huhh.” Batin Keesya kesal.

Keesya melewati kelas demi kelas. Bisa Keesya rasakan tiap kelas mempunyai suasana berbeda-beda. Suasana kelasnya sangatlah ribut. Di sekolah lamanya, kelas IPA tidak akan seheboh ini. Ketika Keesya masuk kelas, suasananya tetap ribut.

Keesya mencari bangku yang kosong. Terlihat bangku yang kosong di belakang, di samping murid perempuan yang sedang membaca novel. Keesya menghampirinya.

“Hai, di sini kosong?” tanya Keesya sopan.

“Eh, hai! Iya kosong, duduk aja,” jawabnya ramah. Keesya pun duduk di sampingnya, lalu mempersiapkan alat tulis diatas meja.

“Murid baru ya?”

“Iya, salken gue Keesya,” Keesya mengulurkan tangannya, lalu dibalas olehnya.

“Ferisha.”

Tak lama kemudian, seorang guru masuk kedalam kelas, yang tak lain adalah Bu Wilda. Suasana pun langsung hening, murid-murid yang berkumpul kini kembali ke bangku masing-masing. Bu Wilda menatap Keesya.

“Kalian bisa lihat, ada yang baru disini, maju ke depan dan perkenalkan dirimu,” perintah Bu Wilda.

Keesya bangkit dari kursinya, lalu berjalan ke depan kelas. Kini, semua mata tertuju padanya. Berbagai macam ekspresi yang mereka tunjukkan. Ada yang sedang bergosip sambil melihat Keesya. Ada juga yang melamun.

“Hai, nama gue Keesya Adelyn Pramana, gue pindahan dari Jakarta, semoga gue bisa berteman baik dengan kalian.”

Tiba-tiba, seorang cowok mengangkat tangannya, hendak bertanya.

“Jomblo? Kalo iya gue boleh ngisi gak?” Pertanyaan itu sukses membuat suasana kelas kembali riuh.
Semuanya menyoraki cowok itu.

“Sudah, sesi pertanyaannya nanti saja pas istirahat, ntar jam pelajaran ibu abis sama sesi tanya jawab, Keesya silahkan kembali ke tempat duduk mu,” ucap Bu Wilda

Keesya mengangguk dan kembali ke tempat duduknya.

***

Next, Arka Revano Addison

KeesyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang