"The White House II"

9 1 0
                                    

Tiga tahun kemudian

         Yuki kini telah tumbuh menjadi remaja yang pintar, tak jarang teman yang datang untuk sekedar kerja kelompok atau tugas sekolah di rumahnya bersama Clara. Sudah menjadi hal biasa Yuki dan Clara berangkat ke sekolah bersama, bahkan hari-hari pun mereka lalui secara bersama.
         Suatu ketika mbok dan Clara yang tengah asyik mengobrol bersama Yuki di taman belakang dikejutkan oleh ayah Yuki yang baru saja menerima telfon.

"Mbok, sepertinya mbok Dah dan Clara harus segera berkemas.."

"Apa hal itu terjadi pak?" tanya mbok dengan raut muka panik

Haku-un yaitu ayah Yuki segera mengajak mbok Dah ke ruang tengah untuk membicarakan soal telepon tadi.

"Mbok, sepertinya orangtua Clara ingin mengambil Clara.. bagaimana mbok?"

"Mau gimana pak, Clara memang bukan cucu kandung saya.. orangtuanya lebih punya hak atas diri Clara.."

"Yaudah mbok.. lebih baik mbok berkemas sekarang, nanti saya antar mbok dan Clara ke stasiun.."

"Baik pak, terimakasih atas informasinya.. saya persiapan dulu.."
                
                              🍀🍀🍀

"Gimana Clara.. aku sudah lebih jago dari sebelum-sebelumnya kan?"

"Iya, kamu sudah cukup jago.. bahkan aku bisa kalah dari mu loh Yuki.."

"Yuk kita latihan lagi, sekarang kita berenang ke arah sana.. setelah itu kita ganti pakaian.."

"Siap Yuki.."

Seketika mereka berdua meluncur dengan serunya, setelah sampai di tepi kolam mbok Dah segera menghampiri Clara dan memintanya untuk segera berkemas.

"Ada apa Clara?"

"Sepertinya aku harus pergi Yuki"

"Tapi gak sampai lama kan?"

"Kurang tau juga.. mbok Dah gak bagi tau aku" jelas Clara yang segera beranjak menuju kamarnya.

          Yuki segera menyusul ayahnya didepan rumah yang sedari tadi menunggu mbok Dah dan Clara keluar. Lambaian tangan Yuki menghentikan langkah Clara, yang kemudian dia balas lambaian tersebut.

"Aku akan selalu menunggu mu Clara.."
       seulas senyum terpancar dari bibir Yuki yang kini semakin mengembang ketika Clara menganggukkan kepalanya.
Mobil ayah segera melaju cepat setelah mbok Dah dan Clara menutup pintu mobil.

          Yuki merasa kesepian sahabatnya kini tak ada disampingnya. Yuki segera menutup gerbang lalu mengambil sepeda di garasi, dia rasa dengan sedikit bersepeda bisa menghibur rasa sepi yang kini singgah pada dirinya.

Kring.. kring.. kring..

       Yuki berhenti di sebuah taman tak jauh dari rumahnya. Setelah memarkirkan sepedanya, Yuki segera beranjak menyusuri taman yang penuh dengan bunga yang tengah bermekaran. Dia melihat sebuah keluarga tengah bercanda ria lengkap dengan ayah dan ibunya, tidak seperti dirinya yang bahkan tak pernah sekalipun melihat wajah ibunya.

Brukkk.. sreggg..

Yuki terjatuh secara tiba-tiba.

"Kamu gak apa kan?" tanya seorang yang tiba-tiba menolongnya.

"Iya tidak apa.. terimakasih"

Yuki segera bangkit dan berjalan lagi ke arah sepedanya, baru saja ia menduduki sepedanya tiba-tiba Yuki terjatuh kembali dengan pandangan yang mulai gelap.

                            🍀🍀🍀

        Orang-orang di taman segera mengerumuni tempat dimana Yuki pingsan, beberapa orang mengangkat Yuki untuk dibawa ke klinik dekat taman dan seorang lagi mengamankan sepeda Yuki.

kembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang