"Luka yang lalu"

14 1 0
                                    

       Keceriaan Yuki dan keluarga tak hanya berlalu begitu saja, kini Clara dan mbok Dah sudah kembali. Suasana harmonis yang Yuki impikan menjadi nyata, ia sangat bersyukur dengan apa yang ia dapatkan saat ini.

"Mbok Dah, Yuki dimana?"

"Non Yuki lagi belajar sama Clara Bu dokter.." jawab mbok Dah sambil menyiapkan cemilan untuk Yuki.

"Mbok Dah mau ke atas kan? Minta tolong bilang ke Yuki jangan lupa minum obatnya.."

"Baik Bu dokter.. saya ke atas dulu" mbok Dah segera naik ke atas menuju kamar Yuki.

       Yuki sangat serius dalam masalah belajar, dia ingin suatu saat nanti bisa sekolah sampai jenjang pendidikan yang tinggi seperti yang diinginkan ayahnya. Berbeda dengan Clara yang kini sedikit lain, dia tampak tak begitu semangat setelah kepulangannya dari kampung halaman.

"Clara.. kenapa kamu gak semangat belajar lagi sih sekarang?" heran Yuki dengan sahabatnya yang satu ini.

"Kamu yang semangat ya Yuki, aku akan selalu mendukung setiap pilihan mu.."

"Ra.. please deh, mesti ada sesuatu kan.. aku yakin, ceritalah sini.. aku bakal jadi pendengar setia mu"

Seketika mendung datang menghapus senyuman di wajah Clara dengan hujan air mata, ia raih bantal yang ada disampingnya.

"Orangtuaku mengancam tidak akan menyekolahkan ku sampai tinggi jika aku masih tinggal bersama mbok Dah.. padahal aku sayang sama mbok Dah, sedangkan orangtuaku tak pernah mengurusku dari dulu beda dengan mbok Dah..hiks"

Tak berapa lama mbok Dah datang mendengar aduan Clara, mbok Dah segera memberi pelukan hangat pada Clara yang masih dengan air mata. Yuki tak habis pikir dengan ancaman orangtua Clara kepada Clara sahabatnya.

"Clara.. tenang aja, aku ada ide supaya kamu tetap bisa lanjut sekolah.. dengan syarat kamu harus tetap rajin seperti dulu"

"Tapi aku udah putus semangat Yuki.."

"Jangan.. kamu kan dulu lebih semangat dari aku, aku janji deh kalo kamu bisa masuk tiga besar aku akan memberi tahu kamu ide ku itu.." kata Yuki dengan senyuman.

       Mbok Dah mengangguk setuju dengan apa yang Yuki usulkan, tangan mbok Dah yang tak lagi halus menyeka air mata yang Clara jatuhkan.

                             🍀🍀🍀

Dua bulan kemudian.
      
       Kepala sekolah menempelkan daftar peringkat di papan pengumuman kelas 9, anak-anak kelas segera berkerumun mencari nama masing-masing. Yuki dan Clara pun tak tertinggal, begitupula dengan si kembar Alfa dan Alfi.

"Clara.. Yuki.. selamat ya.."

"Eh atas apa?" tanya Clara heran, karena dia belum menemukan namanya di papan pengumuman.

"Kamu peringkat satu dan Yuki peringkat tiga.. selamat kawan.." ucap Alfa sambil memporak porandakan tatanan rambut Clara dan Yuki.
     
      Yuki dan Clara saling bertatapan dengan tatapan bangga atas hasil dari apa yang mereka usahakan, karena Yuki selalu yakin bahwa tidak ada yang mengecewakan dari sebuah usaha.

"Bagi yang masuk tiga besar silahkan maju ke depan kelas untuk menerima hadiah.. yang lainnya silahkan duduk kembali" kata Bu Wati selaku wali kelas anak kelas 9.

       Sorak sorai riuh tepuk tangan seakan tak ada hentinya, Clara, Rere dan Yuki berdiri didepan membawa hadiah atas prestasi mereka. Dokter Risa yang ada di ruang UKS segera berlari menuju kelas Yuki putri tercintanya, walaupun ia tahu Yuki bukanlah anak kandungnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

kembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang