Gadis itu berjalan dengan santai sembari bersenandung kecil. Tidak peduli pada waktu yang telah menunjukan pukul tujuh lewat empat puluh lima menit. Dia lebih senang berjalan kaki daripada harus naik motor. Jarak antara sekolah dan rumahnya tidak jauh. Hanya perlu menempuh waktu 25 menit. Tapi lumayan juga menguras tenaga.
Perlu diketahui, motornya itu bersnaplot racing. Sengaja dia modif. Biar kelihatan keren. Dan warnanya pun dia ganti keseluruhan. Biru—warna kesukaannya.
Calla melirik jam yang bertengger manis dipergelangan tangan kirinya. Tersenyum lebar sambil melajukan langkah. SMA Wiksa Mahardika—atau bisa disingkat SAKA, telah terlihat. Sekolah yang baru saja Calla injak selama dua tahun.
Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur lumayan panjang. Sekarang Calla telah memasuki Semester 2, duduk dibangku kelas XI.
Gerbang sekolah tidak sepenuhnya tutup. Pasti Pak Kris—satpam SMA SAKA, masih menunggu murid yang terlambat. Atau mungkin disuruh pulang? Ah! Gak mungkin. Pak Kris tidak kejam seperti satpam-satpam lain. Paling disuruh push up untuk yang cowok dan shut up untuk yang cewek.
"Haloha, pak!" sapa Calla membuat Pak Kris yang sedang menikmati kopi dipos satpam sontak terkejut. Calla nyengir lebar saat Pak Kris memasang tampang garang namun terkesan lucu dimata Calla.
"Kamu! Terlambat lagi?" tanya Pak Kris sembari meletakan secangkir kopi yang ia pegang.
Calla kembali nyengir. "Biasalah pak. Anak gahol."
"Anak gahol ndasmu. Sekarang shut up 15 kali," titah Pak Kris.
Calla menghormat tegak ala paskibra. "Siyap, pak!" setelah itu melakukan apa yang telah di instruksi Pak Kris. Sedangkan Pak Kris? Menggeleng melihat tingkah Calla yang terkesan santai.
15 kali shut up telah dilaksanakan Calla. Dia kembali berdiri tegak lalu menyalim tangan Pak Kris. "Saya masuk kelas dulu pak. Terimakasih pak," ucap Calla.
"Iya-iya."
Calla kembali bersenandung kecil. Dengan santainya lewat didepan Bu Sri—guru BK khusus anak kelas XI, yang sedang berdiri didepan kantor guru. Tak lupa dia mengusung senyum lebar.
"Selamat pagi bu," sapa Calla menyalim tangan bu Sri.
Bu Sri melotot kaget. Badannya yang memang buntal dengan pipi berisi ditambah mata melotot, membuat Calla menahan tawa. Lucu-lucu gimana gitu.
"KAMUUU...!!!" geram Bu Sri. Lagi-lagi Calla hanya nyengir.
"Kenapa bisa terlambat? Kamu tau ini sudah jam berapa, HAH? Apa dirumah kamu tidak ada jam? Mau ibu belikan biar tidak terlambat setiap saat?" tanya Bu Sri berkacak pinggang.
Calla menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Mohon maaf nih bu sebelumnya. Saya ada jam dirumah, cuman baterainya habis. Mau beli lupa terus. Lain kali ibu ingatkan saya ya," ujar Calla berlagak sedih.
"Alasan saja kamu! Kamu tau, ini sudah Semester 2. Kenapa tidak ada perubahan sama sekali? Berapakali ibu peringatkan kamu agar tidak terlambat lagi. Tingkah laku kamu akan menentukan kamu naik kelas atau tidaknya. Ingat, sebentar lagi kamu kelas 12. Jangan dianggap main-main, Calla," jelas Bu Sri.
"Lah, siapa yang main-main bu? Orang saya lagi disekolah bukan ditaman bermain."
Wajah Bu Sri mendadak merah. Terlihat menahan emosi yang sebentar lagi akan meledak. "Sekarang kamu berdiri dilapangan sambil hormat bendera. Sampai jam pelajaran selesai. CEPAT!"
Calla tersentak kaget, namun detik berikutnya tersenyum lebar. "Makasih ibu cantik. Makin sayang deh sama ibu," ucapnya berlalu santai menuju lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari
Teen FictionKetika semua menjadi hancur berantakan, Calla hanya bisa tersenyum saat diluar. Ketika pulang kerumah, hanya kesepian yang terus dia rasakan. Berharap agar semuanya kembali seperti semula. Banyak hal yang Calla lakukan saat disekolah untuk menghibur...