"Ini siapa?" Tanya cowo itu ketika dia membuka aplikasi Instagram. "Emang kenal sama gue ya?" Lanjutnya.
"Kenapa, Bro?" Tanya cowo yang di sampingnya.
"Nih, luu liat ada yang dm gue," menunjukan ponselnya.
"Lumayan cantik ya."
"Mata luu jelalatan ya, orang gue nunjukin chatnya bukan nunjukin fotonya."
"Udah jawab aja."
"Males gue jawab dm nya. Nanti aja agak sorean baru gue bales," ucapnya sambil meletakan ponselnya.
"Gas, Bagassss," teriak seseorang dari luar pintu kamar Bagas.
Bagas adalah tokoh utama cerita ini. Bagas berasal dari Jakarta. Dia adalah anak tunggal dari Bapak Indra pemilik gramedia di Jakarta.
"Kapan luu berangkat ke Semarang?" Tanya Dimas.
"Tanggal 30 Agustus," jawab Bagas. "Eh Babon, luu ke Semarang kapan?" Lanjutnya sambil melempar kulit kacang ke arah Barika.
Bagas dan Barika akan melanjutkan kuliah nya di Semarang, tetapi mereka beda kampus. Sedangkan Dimas dia melanjutkan kuliahnya di Bogor.
"Luu kenapa gak daftar di Semarang sekalian aja? Kan kita bisa bareng lagi."
"Ya gimana, bokap gue minta nya di Bogor. Gue yang di bayarin ya nurut aja lah."
"Oh, jadi ceritanya mau jadi anak penurut engga pembangkang lagi nih?" Ucap seseorang yang tiba-tiba muncul dihadapan Bagas, Dimas dan Barika.
"Woii anak kadalku. Kemana aja luu?" Ucap Dimas sambil berdiri lalu memeluk gadis itu.
Gadis itu bernama Asya, dia adalah sahabat Dimas dari kecil, karena Dimas berteman dengan Bagas dan Barika maka itu Asya juga berteman dengan mereka.
"Kangen ya luu sama gue?" Ucap Asya sambil melepas pelukan Dimas. "Biasa gue sibuk ngurus kuliah," lanjutnya sambil menjatuhkan bokongnya di dekat Barika.
"Kuliah di mana luu?" Tanya Barika.
"Gue kuliah di Uniska."
"Alhamdulilah gue ada temennya," teriak Bagas melemparkan kulit kacang yang dia genggam.
Asya menarik satu alisnya. "Jangan bilang luu di sana juga, Gas?"
"Ya emang gue di sana," ucap Bagas sambil tersenyum.
"Bangkee emang, kenapa gue harus ketemu luu lagi si," ucap Asya sambil menggaruk kepalanya.
"Udah lah gpp, emang takdir luu sama gue kali."
"Amit-amit, Gas."
"Heh jangan gitu luu, ntar luu nikah sama Bagas tau rasa luu," ucap Dimas sok serius.
Asya mendekat sambil menodongkan jari telunjuknya. "Gue congkel mata luu kalau luu ngeliatin gue begitu."
"Gak canda-canda, Neng."
Barika menatap Bagas yang daritadi terfokus dengan ponselnya. "Udah luu jawab, Gas?"
"Udah."
"Jawab apaan?" Tanya Asya.
"Tadi ada yang dm si Bagas dia anak Uniska juga. Satu jurusan sama Bagas," jelas si Dimas.
"Emang luu ambil jurusan apa, Gas?" Tanya Asya.
"Jurusan Sikologi. Luu sendiri?"
"Bangke, kita satu jurusan. Asu," ucap Asya sambil mengacak-acak rambutnya.
Bagas, Dimas dan Barika hanya tertawa melihat tingkah gadis yang berada di depan mereka. Mereka sudah bersahabat sekitar 4 tahun.
"Apa nama IGnya anak sikologi itu, Gas?" Tanya Asya.
"Nih lihat sendiri," ucap Bagas sambil memberikan ponselnya.
"Mau gue pollow ah, siapa tau bisa jadi sahabat gue," ucap Asya sambil mengetikan beberapa huruf di ponselnya.
"Ntar malem nongkrong yuk," ajak Bagas kepada sahabat-sahabatnya itu.
"Mau di mana?"
"Cafe biasa aja."
"Gue gak bisa ikut," ucap Asya mengambil ponselnya dan menunjukan ponselnya. "Nih ada acara keluarga."
"Yaudah, sans ae," ucap Dimas.
Mereka mengangguk sebagai jawaban. Dan tepat pada pukul 19.30 WIB mereka sudah berkumpul ditempat biasa mereka nongkrong.
YOU ARE READING
Amira Hasna
Teen FictionAmira Hasna gadis yang lucu, menggemaskan, menjengkelkan, usil, banyak tingkah. Dia mengenal Bagas saat dia mulai menginjakan kakinya di perkuliahan. Mira menyukai Dimas sejak saat pertama bertemu. Selamat membaca kisah ini semoga kalian bisa terhib...