2 - Pengobatan

160 23 1
                                    

Pagi datang, hari ini sangat cerah dengan matahari yang telah terbit dari timur, burung-burung pun berkicau merdu menambah semaraknya pagi. Bagi sebagian orang itu membuat suasana hati menjadi senang, sayangnya tidak untuk seorang remaja mungil yang kini duduk merenung di tengah ranjang rawatnya.

Berkali-kali dia menghela nafas, pikirnya dia sudah menyusul eommanya karena kejadian kemarin pagi, nyatanya? Dia masih terbangun pagi ini.

Cukup lama si mungil tertidur karenanya Baekhyun berpikir demikian.

Ceklek!

"Selamat pagi Baekhyun, apa tidur mu nyenyak? Sejak kemarin pagi kau sama sekali tak bangun". Sapa Chanyeol sembari melangkahkan kakinya ke dalam ruangan dimana Baekhyun di rawat, diikuti asistennya, Irine.

Tapi Baekhyun seolah tuli, jangankan menjawab sapaan dari dokter tampan itu, mendongak atau sekedar melirik pun enggan.

"Hey, kau harus menjawab sapaan dari orang yang menyapa mu. Apalagi sapaan selamat pagi karena itu akan membuat hari mu terasa menyenangkan".

"Apa masih akan ada hal menyenangkan untuk anak penyakitan seperti ku? Tidakkah aku hanya menyusahkan orang tua ku saja? Pengobatan ku tidak murah dan tidak mudah, sebaiknya tidak usah dilakukan".  Balas Baekhyun dengan lesu, tatapan matanya kosong ketika bicara begitu.

Chanyeol menghela nafas, kemudian dia mengambil duduk di pinggiran ranjang rawat Baekhyun.

"Hey, pasien Byun Baekhyun. Coba dengarkan apa yang akan ku katakan pada mu, mungkin akan sedikit sarkas tapi aku yakin kalau kata-kata ku ini akan membuat mu sadar kalau apa yang kau pikirkan tentang diri mu yang penyakitan dan hanya menyusahkan tadi sepenuhnya salah".

Masih tak ada perubahan ekspresi apapun di wajah Baekhyun, membuat Irine sedikit kesal karena itu akan memperlama prosesnya dalam mencatat hasil pemeriksaan Baekhyun juga memberi obat padanya. Tapi Irine bisa apa? Selama dia menjadi asisten Chanyeol, dokter tampan itu selalu mengajak pasiennya mengobrol dulu sebelum melakukan pemeriksaan dan pengobatan.

"Baekhyun, tidak ada anak yang menyusahkan orang tuanya. Justru setiap anak yang lahir ke dunia itu membawa berkah bagi kedua orang tuanya, membawa kebahagiaan dan membuka pintu rezeki. Apalagi kalau sebagai orang tua merawat dan menjaga anaknya dengan baik hingga anak-anaknya itu tumbuh dalam kebahagiaan dan kecukupan kasih sayang. Orang tua mu sangat menyayangi mu Baekhyun, karena itu mereka ingin kau sembuh dan kembali sehat seperti sebelumnya. Apa kau tak kasihan melihat appa mu yang sudah bekerja keras untuk hidup dan pengobatan mu? Bukankah jika kau menolak pengobatan mu sama saja dengan kau merusak kebahagiaan mereka?".

Baekhyun menoleh, menatap Chanyeol dengan tatapan dinginnya. Meski demikian, entah bagaimana itu justru terlihat imut. Dan tatapan Baekhyun saat seperti itu sangat mirip dengan tatapan kekasih Chanyeol dulu.

'Kenapa aku selalu teringat pada mu setiap bertatapan dengan anak ini, Bee? Apa benar kau tak punya saudara? Anak ini seperti adik mu saja saking miripnya'

"Sebenarnya dokter ini kemari ingin apa? Ceramah atau apa? Kalau ingin ceramah sebaiknya di gereja saja karena telinga ku sudah mulai kepanasan mendengar ocehan dari dokter".

Chanyeol terkekeh, kemudian dia bangkit dari duduknya dan mengusak pelan kepala Baekhyun.

"Berbaringlah, aku harus memeriksa mu".

Baekhyun mendengus, lalu dia berbaring dengan perlahan.

"Bilang saja ingin memeriksa, tidak perlu ceramah panjang lebar". Gerutu Baekhyun yang membuat Chanyeol tersenyum.

[13] Beautiful LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang