Ibu pulang bersama Hamim.Tidak biasanya Hamim pulang kerumah ini.Dia memang sudah lama memutuskan untuk tinggal sendiri sejak mulai bekerja.
Raut wajah keduanya terlihat gelisah.
Hamim kemudian duduk diatas ranjang dan sibuk memainkan ponselnya,seperti ada sesuatu yang sangat penting disana.Raut wajah Ibu sangatlah masam.Sorot matanya pun memancarkan kesedihan saat tidak sengaja bertemu tatap denganku.Tidak biasanya Ibu gelisah seperti ini.Sampai-sampai baju daster yang barusan dia pakai terbalik dibuatnya.
"Sudah dijawab,pamanmu?"
Tanya Ibu kepada Hamim.Lantas anak itu menggelengkan kepalanya.Ibu kemudian memilih duduk dikursi ruang tengah.Terlihat jelas sedang berpikir keras.
Aku tidak mengerti apa yang terjadi.Perasaanku mengatakan telah terjadi sesuatu yang buruk.Tetapi aku tidak tahu apa itu.Aku malas bertanya kepada orang yang sedang tertimpa masalah.Biarkan mereka yang memberi tahu duluan.Aku pun memilih untuk tidak peduli selagi itu tidak melibatkan aku.
Aku lantas melanjutkan lukisan yang tadi sempat terpotong pengerjaannya.Aku suka melukis disaat sendiri.Bagiku dengan lukisan aku bisa menyuarakan isi hatiku.Lukisan bisa menjadi obat dikala kesunyian.Warna-warna yang kupakai pun seirama dengan isi hatiku saat melukis.
Kupandangi kanvas didepanku.Warna hitam sangat dominan disana.Bercak-bercak putih kutambahkan lagi diatasnya.Lalu kusapukan kuasku sehingga menimbulkan pola abstrak abu-abu.Bagiku abu-abu adalah warna ketidakpastian dan netral.Dia tidak memihak antara hitam atau putih.Dia begitu misterius.Ponsel Hamim yang sedari tadi diam kembali berdering.Cepat-cepat diperiksa olehnya.Lalu dia keluar kamar,memberi isyarat ke Ibu,kemudian ke ruang tamu bersamaan Ibu dibelakangnya.
Sayup-sayup terdengar suara Pamanku.Dia terus saja berbicara kepada Hamim.Entah apa yang mereka bicarakan disana.
☆☆☆
"Kakakmu hamilin anak orang."
Aku melongo tak percaya.Kutatap wajah Ibu.Tidak sedikit pun ada raut bergurau disitu.Yang ada hanyalah kesenduan mendalam.
Aku yang saat itu sedang melukis langit biru cerah,otomatis menghentikan pergerakan jemariku.Aku menghampiri Ibu diatas ranjang,lalu duduk disampingnya.Kutatap matanya,setetes air mata jatuh tak terbendung.Wajahnya tertunduk lesu.Kupeluk dirinya.Tangisnya pecah.Tubuhnya bergetar.Dia terus merapalkan kalimat-kalimat yang seolah-olah dirinyalah yang salah atas semua yang telah terjadi di hidup kami.
Dari perceraian dirinya dan ayah 4 tahun silam hingga dia yang gagal mendidik anak."Aku gagal jadi Ibu.Aku gagal.Aku gagal."
Aku diam.Aku bingung.Aku tidak tahu harus berkata apa.Aku hanya bisa memeluk Ibu erat.Tangisan pilu Ibu tepat menghujam hatiku.
☆☆☆
Aku mengenakan baju batik warna coklat dan rok hitam lengkap dengan rambut yang disanggul rapi.Disampingku ada Ibu dan Paman yang ikut melangkahkan kaki memasuki ruangan tengah rumah ini.Tidak jauh dariku,sudah duduk kakakku dan perempuan disampingnya yang mengenakan kebaya putih.Pandangan mataku jatuh kearah perutnya yang sedikit membesar.Ada meja kecil didepan mereka serta pria tua berjas rapi dibaliknya.Disamping itu sudah duduk orang tua dan para kerabat dari perempuan.
Tidak lama pria tua dibalik meja itu memulai kalimatnya.Kupandangi wajah kakakku yang sedikit menunduk.Tatapannya datar.Seperti orang yang sudah menyerah akan hidupnya.
Sah.
Begitu akhir dari semua ini.Kakakku sudah resmi menikahi perempuan itu.Entah apa yang kakak rasakan saat ini.Senang atau justru sebaliknya.
Diusia dia yang baru menginjak angka 20 tahun harus sudah mengemban tanggung jawab besar sebagai kepala keluarga,apalagi sudah ada calon bayi yang harus dia rawat kelak.Tidak ada satupun raut wajah diruangan ini yang memancarkan kegembiraan.Mata-mata sendu menghiasi.Prosesi yang seharusnya berlangsung suka cita malah berlangsung duka cita.
☆☆☆
Jalan hidup setiap orang adalah misteri.Tidak ada yang benar-benar tahu akan seperti apa dirinya kelak.Kalaupun merencanakan sesuatu pasti tidak akan seratus persen sesuai rencana itu.Ada belokan,tikungan,bahkan jurang yang siap menghadang didepan.Akan selalu ada kejutan-kejutan dikehidupan yang bisa saja menggembirakan ataupun menyakitkan.
Aku 4 tahun lalu adalah anak perempuan dengan orang tua yang masih lengkap.Tidak merasa kurang apapun ataupun merasa kesepian.Hingga badai itu datang yang memaksa orang tuaku harus berpisah.Berat.Rasanya dunia dimataku jadi sangat buruk kala itu.Tidak pernah aku menyangka bisa sampai dititik ini.Titik terendah dalam hidupku.Titik dimana aku kehilangan harapan untuk masa depanku sendiri.
Begitulah hidup yang penuh dengan misteri.Tidak ada kepastian,tidak ada kestabilan,tidak tahu arah pastinya kemana.Seperti warna abu-abu.