1

397 41 12
                                    


Na Jaemin memutar bola matanya melihat pemuda bermata sipit yang kini melempar senyum kearahnya. Sosok itu berdiri tepat di depan pintu flat kecil tempatnya tinggal.

"Selamat pagi Jaeminie!"

Sapa pemuda bermata sipit dihadapannya kelewat ceria. Jaemin menghela napas pelan.

"Ya, selamat pagi Jeno. Bisa kau minggir sekarang? Kau menghalangi jalan keluar flatku ngomong-ngomong!"

Balas Jaemin dengan nada kesal. Ia ada kuliah pukul 9, dan sekarang ia harus berangkat jika tak ingin terlambat.

"Kau ada kuliah pagi kan Jaeminie. Aku antar ya. Sekalian aku juga ada kuliah pagi."

Lagi, Jeno berujar dengan senyum yang seharusnya bisa melelehkan hati setiap orang yang melihatnya. Kecuali Na Jaemin.

Tentu saja.

Jaemin menghela napas, sebelum mengangguk pasrah hingga pemuda sipit dihadapannya sedikit bersorak.

Mereka berjalan berdampingan menuruni tangga gedung flat Jaemin. Terkadang Jeno akan membiarkan Jaemin mendahuluinya saat mereka berpapasan dengan orang lain karena tangga gedung flat Jaemin hanya muat untuk 2 orang.

Jaemin melirik Jeno yang kini membuka pintu mobil sport dengan warna mentereng yang membuat beberapa ibu-ibu yang tinggal disekitar gedung flat Jaemin berbisik-bisik senang.

Jaemin tahu Jeno berbohong mengenai jadwal kuliahnya. Ia tahu, Jeno tak ada kuliah pagi. Karena semua mahasiswa arsitektur rata-rata jam perkuliahan di mulai paling awal pukul 1 siang.

Namun daripada dirinya telat -karena dirinya cukup percaya Jeno merupakan pengemudi yang handal- dan harus berdesak-desakan di bus lebih baik ia menerima tawaran pemuda yang kini sedang mengemudi disampingnya kan? Lagi pula Jaemin yakin 100%, apabila dirinya menolak ajakan Jeno, pemuda itu pas menggunakan 1001 jurus agar dirinya mau diantarnya.












Namanya Lee Jeno, mereka pertama kali bertemu ketika Jaemin mendatangi pesta ulang tahun kekasih Haechan yang ternyata 1 jurusan dengan Jeno.

Jaemin yang awalnya malas dengan hal-hal semacam itu terpaksa datang setelah Renjun merengek seminggu penuh kepadanya untuk datang. Anak mungil itu bahkan sampai membelikan baju untuk Jaemin agar dirinya tak bisa beralasan tak memiliki baju yang layak untuk pesta ditempat hits.

Ya, Jaemin bukanlah anak dari kalangan atas sebagaimana temannya yang lain. Dirinya masuk kampusnya sekarang karena beasiswa yang diperolehnya setelah mendapat peringkat 1 di tes masuk. Ayah dan ibunya didesa hanya bekerja sebagai buruh perkebunan. Uang yang diterimanya juga pas-pasan, karena itu Jaemin harus memutar otaknya agar mendapat uang tambahan guna membeli buku dan beberapa keperluan lainnya hingga dirinya bekerja sebagai guru privat adik Renjun, karena itulah mereka akrab.

Dan ketika tiba di tempat pesta, Jaemin benar-benar menyesal menuruti kemauan temannya. Ia tak pernah sekalipun menginjakkan kakinya di bar manapun. Jangankan pergi ke bar. Tak sengaja menghirup asap rokok di jalan saja dirinya sudah batuk-batuk. Jaemin berakhir mojok di kursi dekat meja bar. Dirinya mencari Renjun sejak tadi, namun si mungil itu bahkan tak kelihatan batang hidungnya sama sekali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LITTLE THINGS - NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang