Tampak seorang gadis berlari dengan tergesa-gesa. Entah apa yang dia khawatirkan, tapi.... wajahnya tampak..... oh! astaga! gadis itu dikejar-kejar oleh empat orang laki-laki berbadan besar, tubuh tinggi, kulit hitam dan apa saja yang menggambarkan sosok "preman".
Tempat itu tidak sepi atau mungkin sedikit orang yang ada disana, tapi melainkan tempat umum yang dikerumuni banyak orang (dan saat itu masih siang hari).
Huuhhh..... bukannya menolong gadis itu, mereka malah asyik menonton, seolah-olah yang ditonton adalah film action yang menegangkan, menarik dan penuh aksi. Mwahahaha.... pantas saja, sepertinya gadis itu sudah bosan dikejar-kejar oleh si "preman-preman" sialan tersebut.
Lalu dengan lincahnya, gadis ini menggenggam erat tas yang tampak santai memeluk punggungnya, dan mulai mengeluarkan teman sejati yang selalu membantunya dalam menghadapi masalah. Ya! itu dia, benda andalannya. Yakni, balok kayu yang tampak seperti tongkat beastball.
Tanpa berfikir panjang, ia langsung melempar balok kayu tersebut tinggi-tinggi ke udara, dan mengayunkan kaki kanannya, yang langsung mengenai kedua kaki preman-preman tersebut. Spontan, kedua preman tersebut terjatuh. Dengan cepat ia mengambil balok kayu yang dilemparnya tadi. Jadi, fokusnya sekarang adalah kedua preman yang tersisa.
Sebenarnya ia tidak mau melanjutkan pelarian, karena tenaganya yang tak seberapa. Tetapi.... yahh, mau bagaimana lagi, kedua preman tersebut semakin mendekat. Jadi, mau tidak mau ia tetap malanjutkan pelarian yang melelahkan. Dengan tangkasnya, dia melompati kursi yang menghadang di depan.
Si preman dengan jengkelnya, melontarkan serangan dan langsung melemparkan batu pada si gadis. Banyak mata yang ternganga, melihat cara gadis tersebut menghadapi serangan preman yang semakin menjadi-jadi. Ketika batu dari salah satu preman hampir mengenai bagian betisnya, ia langsung melompat dan tangan kanan mungilnya, menggenggam erat tiang lampu yang bengkok sedangkan balok kayu tadi, ia genggam di tangan sebelah kiri, lalu ia mulai melancarkan serangan, ketika para preman mendekat. Dan tepat dibelakang si kedua preman, gadis tersebut melompat dari tiang lampu yang di bantu oleh tembok sehingga gadis tersebut tampak melayang di udara, yang menyebabkan kedua kakinya tepat mengenai punggung kedua preman yang tidak kalah gila dari gadis itu. Yup! seperti yang aku ceritakan tadi, tenaganya masih belum cukup untuk melanjutkan pelarian. Bahkan, tenaganya semakin terkuras, sedangkan si preman kepala batu itu, tetap tidak mau mengalah ( dasar! padahal jika di lihat-lihat, preman-preman tersebut duapuluh lima tahun lebih tua dari gadis yang masih berumur enam belas tahun). Sampai akhirnya, dia meminta bantuan kepada balok kayunya itu, dan langsung mengayunkannya tepat mengenai kaki-kaki payah mereka. Sehingga kedua preman pinsan tak berdaya. Hahaha... mungkin itu yang menyebabkan orang-orang disana asyik menyaksikan aksi gila dari gadis ini.*****
"Violet, lo enggak papa? ngapain sih, preman lo ajak berantem? kalo lo kenapa napa gimana?." Ya itu dia, gadis yang sempat ku ceritakan pada kalian. Dia Violet Amelia Arka.
"Lo tu yang gila! sekarang mending lo pergi, deh! Engak tau apa-apa juga, udah main nyerocos aja lu, kayak kucing lagi kawin. Sekarang, lo buka tu kuping, denger penjelasan gue! Tadi, empat preman itu abis ngejambret tas nenek-nenek deket halte. Teruuusss.... gue rebut tu tas, gue balikin kenenek-nenek yang punya. Lah, premannya marah, akhirnya.... dia kejer deh gue ampe jalan tol! Denger tu! Jadi, lo jangan asal nyimpulin kalo lo enggak tau apa-apa! Bingung gue, entah ini kebetulan atau enggak, kenapa lo selalu ada di setiap masalah gue? lo tu enggak ada hak buat ngatur gue! liat muka lo aja, gue jadi enggak nafsu makan sebulan, tau enggak?!."
Dengan mata memicing, bibir menggeram, tangan mengepal dan badannya di tinggikan seolah-olah memberikan ancaman pada si lawan bicara, ini sudah tanda-tanda bahwa amarahnya sudah mencapai level keempat, sebelum satu level kemarahannya diatas level empat." iya sorry deh. Lo jangan marah dong, entar cantik lo illang lagi", kata Brian, anak terpopuler di SMA tempat Violet membuka buku biologi, dan mempelajari deretan rumus, serta membuat otaknya pusing dengan hitungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Luqman
Teen FictionAwalnya bagiku, menemukanmu adalah suatu kesalahan. Entahlah, aku tidak mengerti apa ini ujian atau hanya rekayasa kehidupan semata. Jujur, aku membencimu... hmm memang terdengar konyol. Tapi kita berbeda. Sadarlah bahwa kita bebeda. Takkan ku biark...