“Nora. Nora sayang. Bangunlah, nak.”
Suara ini bukan suara Menna. Perlahan kubuka mataku. Kamarku. Tak salah lagi. Ada boneka Luigi besar di sudut ruangan. Kulihat mama tertunduk di sampingku sembari menggenggam erat tanganku dan papa di sisi lain ranjang tempatku berbaring. Dan baru kusadari, saluran infus tertancap di tanganku lengkap dengan alat bantu pernapasan di hidungku.
“Mama?” kataku lirih.
“Nora! Astaga. Syukurlah kamu sudah siuman.” jawabnya sambil terus menciumi keningku.
Kata mama, sudah satu bulan lima hari sejak aku opname. Aku tak paham. Baru saja aku mendaki bersama Riju, Menna, dan..
“Ma! Yuka dimana?” tanyaku pada mama.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Mimpi
Short StoryThis story will guide you into the undescribeable feeling