Saat itu aku tidak mengira bahwa kehidupanku akan diatur sejak dini."Perkenalkan dirimu, nak."
Aku tidak bisa menolak."Mulai saat ini dia adalah tunanganmu"
Kau pun seakan tidak peduli akan apa yang orang tua kita rencanakan."Apa kabar? sudah lama sekali, ya"
Hingga segala hal yang aku lakukan membuatmu muak."Jaga sikapmu! walaupun kau tunanganku tapi aku tidak akan segan denganmu"
Dan saat itu pula aku sadar..."Mulai detik ini aku memutuskan pertunangan kita"
Aku tidak berarti apa-apa bagimu."Jika itu yang kau minta, aku hanya bisa berdoa untuk kebahagiaanmu. Maaf dan selamat tinggal"
"Tunggu! jangan lupakan aku"
.
.
.
.
Hari itu pukul 6 pagi, tepat di sebuah kamar sesosok anak perempuan berusia 8 tahun tengah berbaring nyaman di atas tempat tidurnya. Matanya terpejam rapat menandakan dia masih tertidur lelap. Wajahnya terlihat tenang, namun ketenangan itu berubah ketika seseorang masuk ke dalam kamar dan dengan segera membangunkannya.
"Sayang, ayo bangun" Suara lembut penuh kasih sayang menyapa indra pendengarannya.
"Mm.. sebentar lagi, Ibu" anak perempuan itu melenguh pelan sambil menarik selimut ke atas.
"Tidak~ ayo cepat bangun. Ayah sudah menunggu di bawah" Dengan perlahan Ibu dari anak itu menarik selimut membuat anaknya merengut lucu.
"Ugh.. memangnya kenapa, Ibu? Ini kan hari minggu" Keluhnya dengan mengusap matanya.
"Nanti kau tahu. Sekarang kau mandi dan berpakaianlah dengan rapi. Ibu dan Ayah akan menunggu di bawah" Sang Ibu mencium sayang kening anaknya sebelum dia memutuskan untuk pergi keluar menghampiri suami yang sudah menunggu di meja makan.
.
30 menit berlalu akhirnya anak perempuan itu turun ke bawah. Dia mengenakan dress selutut berwarna merah mawar, rambutnya yang terlihat sehalus sutra dibiarkan terurai.
"Selamat pagi Ayah~" Dengan suara riang anak itu menghampiri sosok pria yang sedang duduk sambil membaca koran.
"Selamat pagi, putriku yang cantik. Apa tidurmu nyenyak?" Tanya sang Ayah.
"Eum. Tapi itu sebelum ibu menyuruhku bangun dan bilang kalau aku harus bersiap-siap" Ucapnya dengan raut wajah kesalnya yang dibuat-buat. Sedangkan sang Ibu hanya menggelengkan kepalanya mendengar keluhan dari anak perempuannya itu.
"Hahaha Ayah yang menyuruh Ibumu untuk membangunkanmu. Hari ini kita harus pergi ke suatu tempat" Sayang Ayah mengusap pelan rambut anaknya.
"Hmm? Kita akan kemana?" Tanya si Anak yang terlihat penasaran.
YOU ARE READING
Someone You Loved
Fanfiction"in the future, can you promise me? To look after for a person who loves you more than I do"