When It Started

17 1 1
                                    

.

.

Bona masih saja berdiri di depan pintu hingga akhirnya Minki menarik tangannya dan membawanya menuju tempat duduk yang ada di samping Minhyun. Lelaki itu sejak tadi fokus pada buku bacaannya. Bona tahu itu adalah buku yang berkaitan dengan bisnis dan manajemen. Tidak aneh karena Minhyun adalah calon pewaris perusahaan ayahnya.

"Kenapa kau diam saja sih? Oh iya, aku bawakan coklat kesukaanmu. Kemarin sewaktu ke Paris aku tidak lupa untuk membeli coklat ini" Minki mengeluarkan sekotak coklat dari laci meja miliknya lalu memberikannya kepada Bona.

"Ah~ terima kasih, Minki~!" Ucap Bona dengan raut wajah yang lumayan ceria dibanding beberapa menit sebelumnya.

"Sama-sama. Oh aku lupa membawakan oleh-oleh untukmu" Kata Minki kepada Minhyun namun lelaki tersebut seakan tidak peduli.

"Cih. Lihatlah sikapnya itu. Tidak berubah sama sekali" Minki menatap sinis Minhyun sedangkan Bona tersenyum kikuk.

"Bagaimana kabar bibi? aku dengar Fashion week kemarin sangat meriah. Sampaikan ucapan selamatku pada Bibi, ya" Karena Bona tidak mau membuat Minhyun terganggu oleh Minki, makanya dia mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Ibu baik-baik saja. Iya, dia tidak menyangka akan sesukses itu. Dan lagi dia masih berharap jika kau bisa menjadi model untuk Fashion Week selanjutnya" Minki menopang dagu dengan tangannya. Bona hanya tersenyum mendengar perkataan Minki. Nyonya Choi atau bisa disebut ibunya Minki adalah seorang designer ternama yang sering mengadakan Fashion Week di berbagai tempat. Karyanya selalu terkenal dan tak jarang dia mendapatkan penghargaan atas hasil kerjanya.

Kringg

Bunyi bel membuat murid di dalam kelas bergegas duduk di tempat duduk mereka masing-masing. Bagi Bona kelas barunya ini tidak terlalu asing karena ada beberapa murid yang merupakan teman kelas satunya. Tapi untuk Minki terutama Minhyun, mereka tidak satu kelas dengannya dulu dan baru kali ini dia sekelas dengan Minhyun. Entah ini adalah keberuntungan maupun kesialan. Kenapa dia berpikir begitu? Karena walaupun Minhyun adalah tunangannya tetapi mereka tidak akrab dan jarang sekali mengobrol. Karena ini pertunangan yang diputuskan oleh kedua orang tuanya, Bona bisa paham kalau Minhyun tidak bisa bersikap selayaknya seorang lelaki yang memiliki hubungan spesial dengannya.

Bona memandang ke arah pintu yang dibuka oleh seseorang. Di sana berjalan masuk seorang Pria dengan pakain rapi khas guru.

"Halo semua, selamat pagi. Selamat datang di kelas 2-1, perkenalkan nama saya Kim Seokjin. Mulai hari ini sampai seterusnya saya adalah wali kelas kalian. Jadi jangan sungkan untuk bertanya atau berkonsultasi kepada saya. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik" Bona memandang pria yang ada di depan kelas. Dia kenal pria itu, Kim Seokjin adalah kakak dari salah satu sahabatnya. Murid-murid perempuan mulai berbisik dan bisa terdengar kalau mereka memuji betapa tampannya wali kelas mereka.

"Oke! sekarang kita akan belajar matematika. Jadi tolong keluarkan buku kalian masing-masing" dengan patuh semua murid mengeluarkan buku matematika begitu pun dengan Bona. Dia sudah menyiapkan buku catatan dan juga alat tulis, semuanya sudah tertata di atas meja.

Srak Srak

Bona melirik ke arah Minhyun. Lelaki itu tampak meraba laci mejanya seperti sedang mencari sesuatu.

'Apa dia tidak membawa buku?' Pikir Bona dan benar saja Minhyun berhenti mencari sesuatu di laci mejanya dan perlahan hendak mengangkat tangannya namun Bona memegang ujung lengan seragamnya.

"Pak Kim paling tidak suka jika ada anak yang izin di awal kelasnya. J..jadi jika kau tidak keberatan kita bisa memakai bukuku" Kata Bona pelan dan masih memegang lengan seragam milik Minhyun. Lelaki itu diam saja dan menarik pelan lengannya. Terdengar helaan nafas sebelum akhirnya dia menggeser duduknya lebih dekat kepada Bona. Pada akhirnya dia memilih berbagi buku dengan Bona. Sedangkan gadis itu tersenyum sangat tipis, hanya begini saja dia sudah senang setidaknya dia bisa membantu Minhyun.

Someone You LovedWhere stories live. Discover now