Pagi itu seperti biasa Dazai bersiap untuk berangkat bekerja. Pekerjaan yang sangat ia sukai, aku senang sekarang ia tak lagi harus bekerja dalam kegelapan. Walaupun sebenarnya, pekerjaan ini masih sama berbahayanya seperti dulu. Setidaknya aku tak perlu khawatir polisi akan menangkapnya karena kejahatan yang ia perbuat. Tapi telepon itu datang langsung ke kantor agensi.
Walau kami sudah hampir dua tahun menikah, aku bingung kenapa ia masih saja mencoba untuk bunuh diri. Apa dia terpaksa menikah denganku? Apa sebenarnya dia tidak mencintaiku tapi kasihan padaku? Haa.. Sebaiknya aku segera membereskan sisa sarapan di atas meja.
"Oh [YN], kau lihat flashdiskku?" tanya Dazai.
"Hm? Sepertinya kuletakkan di samping televisi." aku berjalan dan mencari barang yang ia butuhkan "Ketemu." aku mengambilnya, dan memberikan itu pada Dazai.
"Terima kasih. Kalau begitu, aku berangkat dulu." aku merapikan coat yang dikenakannya. "Hati hati di jalan. Aku akan menunggumu di rumah." jawabku.
Seperti biasa, Dazai akan mengecupku. Sebelum berangkat, ia selalu melakukan itu. Tapi tetap saja, aku merasa malu jika ia melakukannya. Masih terbayang wajah mengerikannya dulu, berubah menjadi-- ah sudahlah..
"Jaga diri baik baik. Aku akan kembali seperti biasa."
"Ya." aku menemaninya hingga di depan gerbang, dan melambaikan tangan padanya. Untung saja Kunikida-san tidak harus datang dan menyeretnya pergi.
"Sebaiknya aku segera membereskan meja, lalu pergi membeli bahan makanan." aku kembali masuk ke dalam, dan mencuci piring.
Kalau ku ingat ingat, sudah hampir dua bulan sejak terakhir aku bicara dengan Chuuya. Apa dia sangat sibuk, ya? Aku merindukannya. Bagaimana pun, jika saja Chuuya tidak disana. Aku pun tak akan pernah bertemu Dazai hingga hari ini.
Setelah mencuci piring, aku melepaskan apronku. "Sekarang saatnya ke pasar." aku mengambil tasku di kamar, kalu turun ke ruang tamu.
Namun, tiba-tiba saja seseorang mengetuk pintu depan. Aku kembali meletakkan tasku, dan membuka pintu. Saat pintu terbuka, seorang pria berpakaian uhm.. Aku tidak tahu harus bagaimana menggambarkannya.
Ia memakai jubah, ada sebuah kartu terselip di sebelah matanya. Dan topi yang panjang. Rambutnya juga pirang, dan senyumannya menarik. "Selamat siang, nona cantik. Maukah kau menyaksikan sulapku?" pintanya.
"Sulap? Aku suka sulap. Mungkin aku bisa melihat dua hingga tiga trik yang kau miliki." ucapku.
Pertama ia menampilkan sulap kartu. Ia memintaku memilih satu kartu, dan memasukkannya ke dalam topi milik pria itu. Kemudian ia mengatakan sesuatu, dan kartu itu berubah menjadi bunga dandelion "Woaahh... Kereen!!" pujiku sambil bertepuk tangan.
"Kau tahu makna sebuah dandelion? Dandelion berarti sebuah harapan. Harapan yang akan segera hilang, ketika sebuah kesalahan kecil dilakukan." Pria itu meniup dandelion tersebut tepat di depan wajahku.
Bunga bunga yang berterbangan itu, sontak mengenai kedua mataku. Dan tiba-tiba saja aku merasa pusing, dan semua menjadi gelap.
Pria berjubah putih itu tersenyum, lalu merunduk pada [YN] yang tak sadarkan diri. "Oyasumi."
★Next★
Ketika [YN] terbangun, wanita itu mendapati dirinya berada disebuah tabung yang terbuat dari kaca. "Aku.. Dimana?" ia mencoba memukul mukul dinding itu, tapi kaca tersebut begitu tebal dan kuat. Tak dapat dihancurkan dengan mudah.
"Lihat si kelinci kecil sudah bangun." refleks ia menoleh pada asal suara, dan menemukan pria yang tadi bersamanya, bersandar di sebuah pintu masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
What If...
FanfictionKumpulan dari para [YN]/reader di Book Bungou Stray Dogs yang pernah Rai buat disini Kisah yang belum pernah terkisahkan..