JK. Rowling own Harry Potter.
I don't own nothing except idea for this story.
RUANG rekreasi Ketua Murid benar-benar sudah kosong saat Draco Malfoy keluar dari kamarnya. Ia tidak melihat Hermione Granger si rambut semak itu dimanapun ia biasanya berada. Yeah, paling-paling gadis itu sedang berada di perpustakaan sebelum menuju aula besar untuk sarapan. Tidak heran sih, mengingat segiat apa gadis itu belajar demi nilai-nilainya agar tampak mengagumkan alih-alih memuaskan.
Draco yang selalu berada satu peringkat di bawah Hermione sama sekali tidak peduli kalau selalu gadis itu yang meraih peringkat pertama. Beda urusannya jika Harry Potter yang melampauinya. Mau tidak mau ia harus belajar lebih giat lagi agar bisa mengalahkan Harry. Berusaha mengalahkan seorang Hermione Granger termasuk kedalam jenis perbuatan yang sia-sia. Karena bagaimanapun ia tidak akan bisa melampauinya. Draco menduga, Hermione mungkin saja sudah menguasai ilmu kutukan kutukan yang bahkan tidak terdaftar di buku pelajaran sekolah saking banyaknya buku-buku sihir yang sudah dia baca.
Tak disangka ketika ia turun ke aula besar untuk sarapan, ia menemukan Hermione yang sedang tertawa lebar mendengar lelucon yang dilontarkan oleh gadis Weasley itu. Detik berikutnya Harry-lah yang tertawa hingga kacamata bututnya melorot.
Dasar sekumpulan orang Gryffindor yang norak!
Draco menghampiri meja Slytherin dan melihat Blaise Zabini yang tengah melambaikan tangan padanya. Dia mengambil tempat duduk di sebelah Theodore Nott setelah sebelumnya membalas sapaan Blaise dengan satu anggukan pelan yang penuh kharisma seorang pemimpin. Blaise terkekeh pelan.
"Kenapa kau jadi sok begini begitu tinggal di asrama Ketua Murid? Granger kutu buku itu menularimu dengan sifat soknya, eh?" tanya Blaise dengan nada bercanda.
"Sudah sewajarnya aku sok, Zabini. Aku ini ketua murid kalau kau lupa," jawab Draco. Ia menyeruput jus labunya dari piala yang masih penuh. Sembari menyantap sarapannya, Draco diam-diam melirik meja Gryffindor, kemudian mendengus kesal ketika ia melihat Hermione Granger terbahak lagi hingga wajahnya merona. Kenapa Granger tidak pernah tertawa selebar itu ketika di hadapannya? Atau minimal tersenyum lah.
"Kau sebenarnya mau sarapan atau memandangi Granger?" sindir Blaise. Ia tampak santai saja mengatakan itu. Seolah-olah Draco memang sudah biasa mendengar sindirannya.
Draco mendengus.
Thedore Nott mendahului dengan gelak tawa ringan, "dia mungkin naksir pada Granger."
Blaise kemudian tertawa menyambut perkataan Theo yang dirasanya memang benar.
"Kalian bercanda, kan? Aku? Menyukai darah lumpur Granger?"
"Tenang saja Mr. Malfoy yang terhormat. Kami sudah mengerti dan tentu saja kami tahu bahwa kau sudah lama berhenti memanggilnya darah lumpur sejak tahun ketiga," cemooh Blaise. "Tidak tahu kau beneran naksir padanya atau memang takut padanya karena hidungmu habis ditonjok." Blaise melanjutkannya dengan gelak tawa.
Draco mendengus jengkel. Apa Blaise benar-benar serius dengan ucapannya? Darimana dia bisa tahu bahwa Draco berhenti memanggil Granger dengan sebutan darah lumpur padahal dia sendiri tidak ingat kapan ia mulai memanggil Granger dengan 'Granger' dan bukan darah lumpur lagi?
"Shit mate! Aku tidak tahu kalau memang sebegitu ngefansnya denganku sampai bisa ingat kapan aku mulai berhenti memanggilnya darah lumpur," balas Draco.
Blaise Zabini menaikkan sebelah alisnya kearah Theo. Theo meresponnya dengan seringai tipis. Kedua Slytherin itu benar-benar menikmati wajah bingung yang ditampilkan oleh ketua murid mereka. Tiba-tiba seorang murid Hufflepuff laki-laki tahun pertama menghampiri meja Slytherin. Dengan gerakan kaku yang begitu canggung dan grogi ia melangkah mendekati gerombolan Draco. Pasti akan menjadi hiburan tersendiri bagi anak-anak Slytherin jika anak itu sampai terjatuh karena tersandung jubahnya sendiri yang kebesaran. Draco jadi tergoda untuk memantrai anak itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/209660388-288-k322186.jpg)