Maafkan untuk typo:')
Tuk!
Tuk!
Tuk!
Suara antara benturan pena dengan sebuah meja itu terdengar jelas, si pelaku terus melakukan hal tersebut tanpa merasa lelah atau pun terganggu. Dari raut wajahnya terlihat bahwa ia sedang merasa kesal.
Kenapa tuan JK itu tidak mengirimnya hadiah lagi?
Dan ya, itu Jimin. Pria dengan wajah menggemaskan itu tengah merasa galau. Hal yang ia nanti nanti belum juga datang. Atau tak akan pernah datang.
"AGRHH KENAPA?!"
Teriaknya frustasi. Oke mungkin ini cukup berlebihan. Tetapi Jimin sangat merindukan kiriman dari orang tak di kenalnya itu. Sudah hampir tiga minggu Jimin tak lagi dapat kiriman. Biasanya sekitar seminggu lebih ia mendapat kiriman. Bahkan tak pernah sampai dua minggu Jimin menunggu. Tapi sekarang?
"Jiminie? Ada apa sayang?!"
Terdengar teriakan ibunya lantai bawah. Sepertinya Jimin berteriak terlalu keras.
"Tak apa ibu! Jimin hanya terkejut!"
Jimin kembali memainkan penanya, menghiraukan lembaran tugas yang tergeletak di atas meja belajar di hadapannya.
"Jimin sayang, tolong telfon Hoseok untuk kemari. Makan malam sebentar lagi siap!"
"Iya ibu!"
Dengan malas Jimin beranjak ke kasurnya. Melemparkan diri kesana. Tubuhnya telungkup diatas kasur dengan tangan yang menggapai ponsel di nakas.
"Ibu bilang segera pulang, makan malam sebentar lagi siap."
"Oke, aku sedang dalam perjalanan."
"Ya, hati hati. Jimin tutup."
Pip.
Setelah itu si manis kembali bertingkah seperti tadi. Tetapi tubuhnya yang bergerak kesana kemari. Membuat kasur menjadi berantakan dan sprei menjadi kusut.
Jimin terduduk di kasurnya. Dengan kesal ia membawa boneka beruang yang berada ujung kasur. Memposisikan boneka dengan mata berkilau itu di hadapannya. Seperti sedang membicarakan hal serius.
"Hey, kenapa tuan rahasia itu tidak mengirim lagi hadiah ya? Apa dia sudah tidak suka pada Jimin lagi?" Tanya Jimin murung, matanya beralih pada tumpulan kotak kado yang pernah di beri penggemar rahasia yang berinisial kan 'JK' itu.
Sungguh Jimin suka sekali dengan semua hadiah juga surat yang ia terima. Dari boneka, bebek karet, buku diary, alat tulis, sarung tangan, serta stiker bintang dan bulan. Hal sederhana tetapi Jimin sangat menyukai nya.
Cukup lama Jimin termenung dengan pikirannya. Jimin pun beranjak merapikan kasurnya kembali. Lalu turun ke lantai bawah karena mendengan suara deru mobil. Mungkin itu sepupunya. Lebih baik ia ikut membantu ibunya menyiapkan makan malam.
~~~~~
"Hari ini sungguh membosankan ya." Ucap Lisa setelah guru mata pelajaran sejarah itu undur diri. Sedang Jimin yang duduk sebangku dengan Bambam ikut mengangguk. Jimin pun menghadap ke belakang tempat bangku Lisa berada,
"Sekarang ini mata pelajaran terakhir kan? Apa Kim saem akan masuk?" Lisa mengedikkan bahunya, lalu menyenggol pelan Irene yang sedang membaca novel. Seketika wanita cantik yang menjabat sebagai ketua kelas itu menatap dengan tatapan tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Obsession Jeon
FanfictionKini kehidupan Jimin tak seindah dulu. Hanya ketakuan dan trauma yang mengikuti, juga seorang pengagum rahasia dengan obsesi besar yang menyebabkan semuanya terjadi. Kookmin. ~Jungkook - top ~Jimin - bott baca? silakan.. Votment? boleh banget! sider...