Chapter 1: Mengapa Kehidupanku Berubah Menjadi Seperti Ini?

27 2 0
                                    

Malam itu telah menjadi malam yang kurang menyenangkan bagiku. 

"Apa ini? Sepasang liontin?"

Pasalnya aku telah kehilangan seluruh kehidupanku yang selama 3 tahun kubangun. Bukan hanya itu saja. Aku bahkan kehilangan saudaraku yang paling kusayangi, yaitu kakak perempuanku Erithia.

"k-kenapa tubuh kakak mulai memudar?

Aku sangat menyesali perbuatanku waktu itu.

Jika saja aku tak memberikan kalung sialan itu kepadanya.

Setidaknya itulah yang kusesali hingga sekarang. Aku bahkan merasa tak bia tuk hidup lagi disaat diriku melihat tubuh Erithia perlahan memudar dan menghilang sepenuhnya.

"Tuan, bangunlah. Hari sudah pagi."

Seketika kedua mataku terbuka dan nampak wajah seorang gadis didepanku yang tengah fokus kepad wajahku yang baru bangun tidur.

"Bisakah kau menjauh dariku sebentar?"

"B-baik tuan."

Nama: Arufie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nama: Arufie

Umur: 18 tahun

Gender: Laki-laki

Status: Seorang pelajar yang masuk kedalam dunia fantasi

Setelah gadis itu menyingkir dari hadapanku, aku segera bangkit dari posisiku sebelumnya. Aku melihat kesekelilingku dan yang nampak hanyalah hamparan rumput luas. 

"Sudah berapa lama aku tertidur Fifiana?" Tanyaku kepada gadis itu.

"A-anda baru saja tidur s-selama tiga jam dan saya sama sekali belum menemukan kereta kuda yang melintas." Jawab Fifiana dengan agak ketakutan.

Aku mengusap kepalanya pelan dan lembut mencoba menenangkan Fifiana yang terlihat agak ketakutan. Entah apa yang membuatnya ketakutan seperti itu, namun yang harus kulakukan sekarang adalah membuat gadis ini tenang terlebih dahulu.

"T-tuan! A-apa yang anda lakukan?!" Tanya Fifiana terkejut sambil memegangi tanganku yang mengusap kepalanya mencoba untuk menghentikan tindakanku ini. 

"Tenanglah. Kau tak perlu takut jika bersamaku. Aku bukanlah tuanmu yang dulu selalu menyiksamu."

"T-tapi ini bukanlah h-hal yang wajar dilakukan o-oleh tuan kepada b-budaknya."

Aku menghelan nafas panjang lalu menatap dalam kedua mata gadis itu,

"Bukankah sudah kubilang kalau sudah tak ada lagi status tuan dan budak diantara kita? Aku juga pernah berkata kalau aku akan mengembalikan setiap detik kebahagianmu yang telah direnggut oleh babi sialan itukan? Dan apapun yang kau inginkan jika aku sanggup maka akan kukabulkan. Jadi mulai sekarang janganlah takut jika berada di dekatku."

Seketika wajah Fifiana berubah menjadi merah dan tertunduk seperti seorangbyang bersedih. Aku merasa bahwa apa yang kukatakan tadi sepertinya terlalu berlebihan untuk dia karena ia baru saja terlepas dari jeratan keputusasaan. yah, sebenarnya ia sudah bersama denganku sekitar 4 bulan sih. Namun itu belum cukup untuk menghapus kenangan buruknya selama ia bersama dengan bangsawan bajing itu.

 Namun itu belum cukup untuk menghapus kenangan buruknya selama ia bersama dengan bangsawan bajing itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nama: Fifiana

Umur: 15 tahun

Gender: Perempuan

Status: Seorang budak yang dibebaskan (dimerdekakan) oleh Arufie dari salah satu bangsawan yang ia temui



"A-apakah saya boleh meminta sesuatu untuk sekarang tuan?!" Tanya Fifiana kepadaku masih dengan wajah yang tertunduk.

"Tentu saja?" Jawabku singkat.

Setelah mendengar jawabanku tadi, ia-Fifiana-mengangkat wajahnya yang kini bertambah merah. Bahkan ini lebih merah dari yang tadi.

"Bi-biarkan saya tetap berada didekat tuan a-apapun yang terjadi!" Pinta Fifiana dengan suara yang sangat serius.

He? Kupikir dia akan meminta suatu hal yang lebih besar dari itu. Tapi kenapa dia memeinta untuk terus bersamaku? Padahal aku tak akan pergi meninggalkannya. Terlebih aku sudah berjanji akan mengembalikan setiap waktu yang ia habiskan untuk merasakan penderitaan yang dialaminya selama ini. Atau dia masih belum bisa percaya dengan janiku itu?

"Baiklah. Jika itu permintaanmu, maka akan kuturuti." Jawabku santai.

Mendengar jawabanku tersebut, ia langsung tersenyum bahagia. Terlihat kedua matanya mulai berkaca-kaca dan perlahan mengeluarkan air mata. Kemudian aku tersenyum tipis lalu mengusap air mata Fifiana yang mengalir tersebut seraya berkata.

"Tak perlu bersedih lagi Fifiana. Kau akan aman bersamaku."

"Baik." Ucap Fifiana bahagia

Der Link des Schicksals AnhängerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang